IHSG Cetak Rekor Tertinggi! Begini Prediksi Analisis Pekan Depan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan melanjutkan tren positif pada awal pekan depan, Senin (10/11/2025).
Optimisme ini muncul setelah IHSG menembus rekor tertinggi baru atau all time high (ATH) di level 8.394,5 pada penutupan perdagangan Jumat (7/11/2025), menguat 0,69 persen dibanding hari sebelumnya.
Baca Juga: OJK Akan Kaji Aturan Penggunaan Dana IPO
Menurut riset Phintraco Sekuritas, penguatan IHSG didorong oleh meningkatnya likuiditas di pasar domestik serta data cadangan devisa Oktober 2025 yang lebih baik dibanding bulan sebelumnya.
Ilustrasi IHSG menguat. [Instagram]
Faktor lain yang memperkuat indeks adalah penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, yang ditutup di level Rp16.690 per dolar. Sepanjang pekan lalu, IHSG mencatat kenaikan signifikan sebesar 2,83 persen.
Baca Juga: Double Check Sabtu 28 Juni 2025: Stimulus Ekonomi Bisa Dongkrak Ekonomi?
Dari sisi teknikal, tim riset Phintraco menilai tren IHSG masih menunjukkan sinyal bullish untuk jangka menengah hingga panjang.
Pada grafik mingguan (weekly chart), momentum penguatan masih terjaga, sementara grafik harian (daily chart) menunjukkan IHSG berada di area overbought.
Kondisi ini berpotensi memicu pullback kecil dalam jangka pendek, namun belum mengindikasikan pembalikan arah.
IHSG kini berada di area upper band indikator Bollinger Bands, menandakan momentum bullish masih kuat.
Pita Bollinger yang mulai melebar juga menunjukkan potensi peningkatan volatilitas di pasar saham.
“Selama IHSG bertahan di atas level 8.250–8.300, peluang penguatan lanjutan untuk menguji level 8.400–8.450 masih terbuka,” tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, Jumat sore (7/11/2025).
Cadangan Devisa Naik, Dukung Stabilitas Pasar
Ilustrasi. [Gemini]
Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi US$149,9 miliar pada Oktober 2025, naik dari US$148,7 miliar pada bulan sebelumnya.
Peningkatan ini disebabkan oleh penerbitan obligasi pemerintah, kenaikan penerimaan pajak dan jasa, serta langkah BI menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Dengan posisi tersebut, cadangan devisa Indonesia kini mampu membiayai 6,2 bulan impor atau sekitar 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar 3 bulan impor.
Sementara itu, indeks harga properti hunian di Indonesia tumbuh 0,84 persen secara tahunan (YoY) pada kuartal III 2025, melambat dari 0,9 persen pada kuartal sebelumnya.
Angka ini menjadi laju pertumbuhan paling lambat sejak 2003.
Untuk perdagangan Senin (10/11/2025), Phintraco Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham potensial untuk diperhatikan, di antaranya ARTO, WIFI, ASII, ADRO, TOBA, dan BRPT.