Bengkulu

Jejak Sakral 7 Bidadari & Larangan Turun-temurun di Desa Batu Dewa Rejang Lebong

20 Oktober 2025 | 15:22 WIB
Jejak Sakral 7 Bidadari & Larangan Turun-temurun di Desa Batu Dewa Rejang Lebong
batu berias kisah 7 bidadari desa batu dewa

Di balik nama sebuah desa, sering kali tersimpan cerita rakyat yang melegenda dan diwariskan secara turun-temurun. Seperti di Desa Batu Dewa, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, yang kisahnya tak lepas dari mitos tujuh bidadari dan tiga batu keramat yang hingga kini masih dijaga kesakralannya.

rb-1

Desa Batu Dewa mendapatkan namanya dari keberadaan tiga bongkahan batu besar yang dipercaya sebagai peninggalan bersejarah. Menurut legenda yang hidup di tengah masyarakat, ketiga batu ini merupakan tempat persinggahan tujuh bidadari yang turun dari puncak Bukit Kaba setiap bulan purnama tiba.

Baca Juga: BBM Langka! Warga Rejang Lebong Panik, Antrean Mengular di SPBU!

rb-3

Kepala Desa Batu Dewa, Putra Jaya, menjelaskan bahwa nama "Batu Dewa" sebenarnya kurang tepat. "Dalam bahasa Rejang, kami biasa menyebutnya batu 'Diwo' atau batu perempuan, sedangkan dewa lebih dikenal sebagai laki-laki," ujarnya.

Jejak Ritual Para Bidadari di Tiga Batu Keramat

Batu Berias Desa Batu Dewa (tangkapan layar)Batu Berias Desa Batu Dewa (tangkapan layar) Menurut cerita turun-temurun, perjalanan para bidadari dimulai di Batu Mandi. Situs ini terletak di pinggir aliran Air Duku, berupa dua batu lempeng yang ditopang oleh dua batu besar lainnya. Konon, di sinilah para bidadari membersihkan diri.

Keunikan Batu Mandi tak berhenti di situ. Pada permukaan batu lempeng tersebut, terdapat lubang-lubang kecil yang dipercaya sebagai tempat para bidadari meletakkan bedak mereka setelah mandi. Di sampingnya, terdapat sebuah batu yang diyakini berfungsi untuk menumbuk ramuan bedak, melengkapi ritual "berhias" para makhluk kahyangan tersebut.

"Menurut cerita dari para leluhur, setelah bersuci dan berhias, para bidadari kemudian beranjak menuju Batu Bejemur yang berjarak sekitar 50 meter. Sesuai namanya, di batu inilah mereka mengeringkan diri, bermandikan cahaya rembulan sebelum kembali ke persemayaman mereka," jelas Putra Jaya.

Kesakralan yang Tak Terusik dan Pantangan Turun-temurun

Batu Bejemur Para BidadariBatu Bejemur Para Bidadari Kesakralan ketiga batu ini, khususnya Batu Mandi, bukanlah isapan jempol bagi warga. Sebuah cerita mistis menyelimuti upaya pemindahan salah satu batu di situs tersebut pada era program ABRI Masuk Desa tahun 1978.

Delapan orang tentara dikerahkan untuk memindahkan sebuah batu yang ukurannya terbilang kecil. Namun, upaya tersebut sia-sia.

"Meskipun ukurannya kecil, delapan tentara itu tidak mampu mengangkatnya sama sekali. Hingga akhirnya batu tersebut dibiarkan kokoh di tempatnya sampai saat ini," imbuhnya.

Legenda tujuh bidadari ini juga melahirkan sebuah kepercayaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Dusun Curup, yang merupakan bagian dari Desa Batu Dewa. Anak gadis maupun pemuda dari dusun tersebut dilarang keras untuk mendaki Bukit Kaba. Mitos ini berasal dari kisah leluhur mereka yang bernama Muning Hilang. Konon, Muning mencoba mencari para bidadari hingga ke puncak Bukit Kaba, namun ia menghilang dan tak pernah kembali.

"Nenek moyang kami, atau dalam bahasa Rejang disebut 'Muning', hanya meninggalkan pesan gaib yang berisi larangan bagi keturunan asli Dusun Curup untuk tidak mendaki Bukit Kaba," tutup sang kades. Pantangan ini terus dihormati dari generasi ke generasi sebagai bagian dari kearifan lokal Desa Batu Dewa dan Dusun Curup.

RejangLebong Bengkulu CeritaRakyat LegendaNusantara

Tag desa batu dewa rejang lebong bengkulu kisah tujuh bidadari mitos bukit kaba

Terkait