Kecelakaan di Subang, Polisi Bakal Periksa PO Bus dan Karoseri

FTNews – Polisi masih mengusut kecelakaan maut bus yang menewaskan sebelas orang. Kendaraan ini diketahui membawa rombongan pariwisata SMK Lingga Kencana Depok, pada Sabtu (11/5).

Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jawa Barat, Kombes Pol Wibowo mengatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan terhadap Perusahaan Otobus dan Karoseri bus tersebut. Hal ini dilakukan guna mencari alat bukti mengenai kondisi bus.

“Nanti kita akan panggil itu PO nya, semua kita panggil, semua akan kita mintakan keterangan. Karoseri nanti kita panggil. Kemudian siapa pihak travel yang mencarikan bus ini, semuanya kita panggil kita mintakan keterangan semuanya,” kata Wibowo, saat diminta keterangan, pada Kamis (16/5).

Sementara itu ia menuturkan nantinya pemeriksaan ini akan ada pendalaman soal perubahan dimensi kendaraan bus. Selain itu juga akan diselidiki pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab dalam pemeliharaan bus ini.

“Pemeriksaan tidak hanya PO saja, pengurus PO nya, karoseri yang merubah terkait dengan bus. Kenapa KIR mati, siapa yang bertanggung jawab terhadap perpanjangan uji KIR nya, nanti kita cek semua. Siapa orang yang memilki peran untuk menunjuk dan mengoperasikan kendaraan ini,” ujar Wibowo.

Sebelumnya diberitakan, Polisi mengungkap penyebab kecelakaan bus pariwisata Putera Fajar, Sadira, yang menewaskan 11 orang. Peristiwa ini terjadi di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5).

Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jawa Barat, Kombes Pol Wibowo mengatakan bahwa penyebab kecelakaan dapat disimpulkan karena adanya kegagalan fungsi rem pada bus.

“Kita mendapatkan hasil dari olah tempat kejadian perkara (TKP), bahwa di TKP tidak ditemukan bekas pengereman. Ada hanya bekas tanda gesekan antara bus dan aspal,” kata Wibowo, dalam keterangannya, dikutip Selasa (14/5).

BACA JUGA:   Imigrasi Jakpus Deportasi WNA India, Ini Penyebabnya

Lebih lanjut Wibowo menyebutkan bahwa pengemudi bus, Sadira juga mengetahui bahwa kendaraan bus bermasalah pada fungsi rem. Hal ini dibuktikan saat bus tersebut dicoba untuk diperbaiki remnya.

“Pertama di Tangkubanparahu dilakukan oleh mekanik Nana yang dipanggil oleh Firman atas permintaan dari pengemudi. Perbaikan yang dilakukan adalah memperkecil jarak atau celah kampas rem. Setelah melaju permasalahan muncul di rumah makan Bang Jun dicoba kembali perbaikan langsung oleh kenek dengan meminjam sil kepada pengemudi lain, namun perbaikan tidak jadi dilakukan karena sil tidak sesuai ukuran. Selanjutnya perjalanan kembali dilanjutkan sampai akhirnya terjadi kecelakaan lalu lintas,” ucap Wibowo.

Selain itu ditemukan bukti bahwa jarak antara kampas rem sudah 0,3 mm. Kondisi ini menunjukkan kampas rem sudah di bawah standar yang seharusnya minimal 0,45 mm.

“Ditemukan juga kebocoran di dalam ruang relaypart dan sambungan antara relaypart dengan booster karena adanya komponen yang sudah rusak, sehingga saluran tidak tertutup rapat, sehingga menyebabkan kekurangan tekanan,” jelas Wibowo.

Artikel Terkait