FTNews – Tren operasi plastik bukan suatu hal aneh bagi orang Korea. Pasalnya, operasi plastik adalah hal wajar di sana yang biasanya dilakukan saat seseorang berumur di atas 17 tahun.
Tapi tak cuma orang Korea, belakangan ini tren operasi plastik juga menarik perhatian masyarakat dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Terinspirasi dari aktris-aktris Korea yang punya wajah nyaris sempurna, membuat banyak perempuan Indonesia juga ikut melakukannya.
Nah, penasaran nggak sih kenapa ya orang Korea hobi operasi plastik? padahal wajah natural mereka juga tak kalah cantik.
Melansir beberapa sumber, ternyata ada beberapa faktor tentang kenapa praktik ini cukup umum di Korea, lho!.
Standar Kecantikan
Standar kecantikan wanita di Korea Selatan cukup berbeda dari banyak negara. Warga lokal menganggap kecantikan sangat penting dalam budaya Korea Selatan.
Standard kecantikan seringkali terdefiniskan oleh fitur wajah tertentu, seperti mata yang besar, hidung kecil, dan kulit putih. Ini dapat menciptakan tekanan bagi beberapa orang untuk mencapai standar kecantikan yang mereka inginkan. Dan operasi plastik mereka anggap sebagai cara untuk mencapai hal tersebut.
Persaingan dalam Dunia Kerja
Dalam lingkungan kerja yang sangat kompetitif di Korea, penampilan fisik adalah satu kelebihan. Beberapa orang mungkin merasa bahwa penampilan yang lebih menarik dapat membuka peluang lebih besar dalam karier mereka.
Tren Media Sosial dan Rasa Insecure
Media sosial memiliki peran besar dalam mendorong kekhawatiran akan penampilan fisik. Foto-foto yang terposting di platform seperti Instagram dapat meningkatkan keinginan untuk terlihat “sempurna” atau sesuai dengan standar kecantikan yang mereka inginkan.
Publikasi Media
Media di Korea Selatan sering menonjolkan standar kecantikan tertentu. Dan selebriti yang menjalani operasi dapat mempengaruhi opini masyarakat mengenai kecantikan. Ini dapat mendorong orang untuk meniru atau mengikuti tren tersebut.
Normalisasi
Operasi plastik di Korea Selatan cukup umum dan lebih mudah aksesnya. Oleh karena itu, masyarakat mungkin melihatnya sebagai prosedur yang rutin dan dapat diterima.
