Kisah Linda Anggrea Besarkan Buttonscarves, Punya 25 Toko sampai Malaysia, Proses Cepat

Lifestyle

Kamis, 13 Maret 2025 | 15:14 WIB
Kisah Linda Anggrea Besarkan Buttonscarves, Punya 25 Toko sampai Malaysia, Proses Cepat
Gerai Buttonscarves (ist)

Linda Anggrea, yang mulai mengenakan hijab pada Desember 2015, kemudian mendirikan Buttonscarves pada awal 2016.

rb-1

Saat itu, meskipun tidak memiliki latar belakang di bidang mode, Linda melihat potensi besar dalam pasar hijab Indonesia, terutama untuk segmen premium dan menengah ke atas.

Ia merasa belum ada merek hijab yang secara serius menggarap segmen tersebut, sehingga memutuskan untuk memulai Buttonscarves.

Baca Juga: Gerah Juga Diterpa Isu Miring, Linda Anggrea: Bohong dan Fitnah Akan Gugurkan Puasa

rb-3

Linda Anggrea, CEO Buttonscarves, berbagi kisah inspiratif mengenai latar belakang (ist)

Linda punya cerita tersendiri kenapa memilih nama Buttonscarves untuk usahanya. Ketika itu dia mencari nama yang mudah diucapkan secara internasional karena tujuannya adalah go international.

Namun setelah mengecek semua kosa kata yang ada, menurutnya sudah dimiliki oleh brand lain.

"(Saat itu) aku lagi pakai kemeja dan melihat kancing baju. Aku terinspirasi saat sekolah bingung jawaban apa, lihat kancing baju, nih, apa jawabannya A, B, atau C. At that time langsung terinspirasi," tuturnya dalam UMKM Series Online Class.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Brand Mahal, Sejumlah Konsumen Mengaku Kecewa Dengan Kualitas Produk Buttonscarves

"Button (kancing) juga good icon bisa dilihat di mana-mana. Jadi kurasa button selalu ada dalam kehidupan sehari-hari," lanjut Linda.

Sejak berhijab di Desember 2015, memiliki ide untuk berbisnis hijab, sampai akhirnya meluncurkan produk pertama di Maret 2016, Linda mengaku mengerjakan semuanya hanya empat bulan meski tidak memiliki background fashion.

"Proses awal cukup cepat, aku cukup impulsif. Jadi tidak butuh waktu lama buat aku dapat inspirasi terus melakukannya," ujar dia.

Selama empat bulan itu, Linda memaksimalkan waktu buat mematangkan pengembangan produk, mempelajari target pasar, sampai membuat situs resmi Buttonscarves.

"Pengembangan produk yang matang, bakal menghasilkan produk yang siap buat diterima target pasar. Jadi sebelum launching, dimatengin dulu. Walau waktu singkat bukan berarti asal-asalan," tegasnya.

Sejak 2016 sampai kini sudah berjalan lima tahun, Linda tidak hanya memperkuat eksistensi Buttonscarves secara online, tapi juga offline.

2018 menjadi tahun Buttonscarves memperluas brand-nya ke ranah offline. Hingga kini sudah ada 25 toko termasuk di Malaysia.

"Kami enggak muluk-muluk langsung nekat buka toko di Malaysia. Kami lihat dulu dari perjalanan selama tiga tahun, ternyata misalnya 5 persen (pelanggan) beralamat di Malaysia. Jadi setelah kumpulkan data cukup signifikan jumlahnya, kami memutuskan untuk ekspansi," pungkas Linda.

Linda Anggrea, CEO Buttonscarves, berbagi kisah inspiratif mengenai latar belakang (ist)

Dengan dedikasi dan kerja keras, Linda Anggrea berhasil membawa Buttonscarves dari bisnis online kecil menjadi merek hijab premium yang dikenal luas, dengan kehadiran toko fisik hingga ke Malaysia.

Akan tetapi, kini merek Buttonscarves kini tengah menjadi perhatian publik, utamanya di media sosial, lantaran diduga terseret dengan kasus dugaan korupsi di PT Antam.

Dugaan keterlibatan merek Buttonscarves dalam korupsi PT Antam karena salah satu tersangka korupsi tersebut disebut-sebut orang tua dari pemilik Buttonscarves, yakni Linda Anggreaningsih atau Linda Angggrea.

Tag Linda Anggrea CEO Buttonscarves Korupsi PT Antam Buttonscarves Toko Buttonscarves Malaysia

Terkini