Kisah Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang Kini Tinggal di Huntara
Daerah

Aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki yang cukup fluktuatif memaksa ribuan jiwa harus meninggalkan rumah untuk evakuasi ke tempat yang lebih aman.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama kementerian/lembaga terkait membangun hunian sementara (huntara) dengan berbagai fasilitas dasar pendukung yang tidak hanya menjadi tempat berlindung, namun juga kawasan ini menjadi ruang pemulihan kehidupan sosial, ekonomi hingga psikologis bagi para penyintas.
Kehidupan penyintas di huntara Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur menjadi praktik nyata resiliensi berkelanjutan di tengah situasi krisis bencana.
Baca Juga: Banjir Melanda Kabupaten Sanggau, 4.575 Jiwa Terpaksa Mengungsi
Walaupun hanya sebagai tempat tinggal sementara, masyarakat terdampak kembali melanjutkan kehidupan sehari-harinya mulai dari aktivitas rumah tangga seperti memasak, mencuci, hingga perputaran ekonomi yang sedikit demi sedikit tumbuh dari usaha kecil.
Cerita Warga yang Kini Hidup di Huntara
Huntara penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki/Foto: BNPB
Baca Juga: Hari ke Empat Operasi Pencarian dan Penyelamatan, Tim Gabungan Fokus ke Dua Lokasi
Pada beberapa kopel (hunian berderet pada satu lahan yang sama), terlihat beberapa warga membuka warung kecil yang menjual makanan dan minuman ringan, makanan berat, galon air dan bengkel kendaraan bermotor. Aktivitas lainnya seperti menanam sayur dan berternak ayam juga dilakukan dengan peralatan serta kandang yang sederhana.
Salah satu penyintas dari Desa Boru, Ibu Rofina, menceritakan bagaimana kehidupan setelah evakuasi ke huntara.
"Air bersih dan listrik tersedia, beberapa bahan makanan juga diberikan secara berkala tidak hanya dari pemerintah daerah saja tetapi berbagai komunitas kemanusiaan juga mengirim beberapa bantuan sembako pangan," ungkap Rofina saat ditemui di huntara Konga.
"Dalam kondisi seperti ini, pelan-pelan kami berusaha bangkit kembali," tambahnya.
Proses Belajar Mengajar Tetap Berjalan
Foto: BNPB
Selain itu, kebutuhan pendidikan bagi anak-anak penyintas tingkat SD dan PAUD juga didukung mulai dari sekolah lapangan di tenda daruat hingga pembangunan sembilan Ruang Belajar Sementara untuk mengakomodir 1.492 siswa. Harapannya, ruang ini bukan hanya menjadi tempat belajar tetapi juga memupuk semangat untuk meraih masa depan di tengah keterbatasan.
Ruang belajar ini dibangun oleh komunitas Save The Children bersama Komunitas Pahlawan Anak, Circle of Imagine Society Timor, Perkumpulan Masyarakat Penanganan Bencana Nusa Tenggara Timur dan Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial Larantuka.
Gunung Lewotobi Laki Laki yang aktivitasnya masih harus terus diwaspadai/Foto: BNPB
Sebanyak 450 unit huntara tahap I dan II sudah dihuni oleh 450 kepala keluarga. Adapun saat ini BNPB bersama unsur terkait membangun huntara tahap III untuk memantine penyintas yang masih berada di pos lapangan dapat segera dipindahkan ke lokasi tempat tinggal yang lebih layak.
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto menekankan bahwa huntara menjadi opsi terbaik saat ini untuk relokasi masyarakat di luar zona bahaya mengingat status Gunung Lewotobi Laki-Laki telah naik menjadi level IV atau Awas.
"Kita harus hidup berdampingan dengan Gunung Lewotobi Laki-Laki, walau kondisinya naik turun, yang terpenting masyarakat berada di luar zona bahaya dan dapat beraktivitas seperti biasa dengan aman," tuturnya saat berdialog dengan pengungsi di Pos Lapangan Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dilansir BNPB.\
Di sisi lain Suharyanto menekankan bahwa huntara bukanlah solusi akhir. Dirinya menyatakan bahwa hunian tetap (huntap) yang akan segera dibangun menjadi prioritas dan solusi terbaik untuk keamanan masyarakat ke depannya dalam hidup berdampingan dengan potensi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
"Jangan sampai warga merasa nyaman di huntara lalu masalah dianggap sudah selesai. Sekali lagi, huntara itu sifatnya sementara, kita prioritaskan pembangunan huntap sebagai rumah warga yang layak dan aman untuk selamanya,” tekannya.
Adapun rencana pembangunan huntap ditetapkan pada satu titik yaitu Noboleto akan dimulai dengan pembersihan lahan mulai pekan depan dan dengan target pembangunan 500 unit rumah. Pembangunan ini didukung oleh Kementerian Pekerjaan Umum serta Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman bersama TNI/Polri dan masyarakat setempat.***