Kisah Rondahaim Saragih, Napoleon Batak yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Dalam rangka peringatan Hari Pahlawan Nasional 2025, Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh berjasa besar bagi Republik Indonesia.
Upacara penganugerahan digelar di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025), berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Dari sepuluh nama penerima gelar tersebut, terselip sosok pejuang besar dari Sumatera Utara, yaitu Tuan Rondahaim Saragih Garingging, tokoh karismatik yang dikenal karena kepemimpinannya yang luar biasa dalam menentang penjajahan Belanda.
Baca Juga: Edy Rahmayadi ke Ketua Umum PWI: Kembalikan Pers ke Hati Rakyat
Tokoh-Tokoh yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional 2025
Pemberian gelar pahlawan nasional di Istana Negara. [Youtube Setpres]
- K.H. Abdurrahman Wahid (Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam)
Baca Juga: Jokowi: IKN Bukan Hanya untuk ASN
- Marsinah (Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan)
- Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (Bidang Hukum dan Politik)
- Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (Bidang Pendidikan Islam)
- Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Bidang Perjuangan Bersenjata)
- Sultan Muhammad Salahuddin (Bidang Diplomasi dan Pendidikan)
- Syaikhona Muhammad Kholil (Bidang Pendidikan Islam)
- Tuan Rondahaim Saragih (Bidang Perjuangan Bersenjata)
- Zainal Abidin Syah (Bidang Politik dan Diplomasi)
- Jenderal Besar H.H. Soeharto (Bidang Politik dan Militer)
Rondahaim Saragih: Pahlawan Nasional dari Tanah Simalungun
Tuan Rondahaim Saragih Garingging lahir di Simalungun, Sumatera Utara, tahun 1828, dari keluarga bangsawan Batak. Ia merupakan Raja ke-14 Kerajaan Raya Simalungun, yang dikenal gigih menentang dominasi kolonial Belanda di tanah Batak.
Berkat kepemimpinannya yang brilian dan strategi militernya yang mengagumkan, pemerintah kolonial Belanda menjulukinya sebagai “Napoleon der Bataks” — Napoleon-nya orang Batak. Julukan itu bukan tanpa alasan; Rondahaim dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, disiplin, dan ahli strategi perang.
Selama masa pemerintahannya, wilayah Partuanan Raya tidak pernah berhasil ditaklukkan Belanda, menjadikannya simbol keteguhan dan kemandirian rakyat Simalungun.
Strategi Perang Cerdas ala ‘Napoleon der Bataks’
Pahlawan Nasional Rondahaim Saragih. [Dok istimewa]
Sebagai seorang panglima perang, Rondahaim Saragih menggunakan berbagai taktik gerilya dan strategi militer modern pada masanya. Beberapa strategi unggulannya antara lain:
- Memanfaatkan medan hutan dan pegunungan Simalungun untuk melakukan serangan gerilya dan memutus logistik pasukan Belanda.
- Merekrut guru-guru perang dari Aceh dan Gayo, guna membentuk pasukan terlatih dan berdisiplin tinggi.
- Membangun aliansi antar-kerajaan Batak, memperkuat diplomasi agar perjuangan melawan penjajah lebih solid.
- Mengatur pertahanan berbasis benteng alami, seperti sungai dan bukit, untuk menghambat serangan musuh.
- Melancarkan serangan malam hari atau “musuh borngin”, yang membuat pasukan Belanda kesulitan membaca pergerakan tentaranya.
- Menerapkan taktik formasi ala Napoleon Bonaparte, memadukan kavaleri, infanteri, dan artileri untuk menghancurkan musuh sebelum kontak langsung.
Pertempuran besar yang dipimpinnya antara lain terjadi di Dolok Merawan dan Bandar Padang pada akhir 1880-an, di mana ia berhasil menahan laju pasukan Belanda dengan taktik yang penuh kejutan.
Warisan Perjuangan dan Pengakuan Negara
Rondahaim Saragih wafat pada 1891, namun semangat perjuangannya tetap hidup di hati masyarakat Simalungun dan Sumatera Utara. Pada 1999, pemerintah sempat menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama atas dedikasinya. Kini, melalui Keppres 116/TK/2025, ia resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Penetapan ini menjadi momen penting dalam peringatan Hari Pahlawan Nasional, sekaligus pengakuan terhadap kontribusi besar para pejuang daerah dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Kisah Rondahaim Saragih mengajarkan bahwa semangat perjuangan dan kepemimpinan visioner dapat lahir dari mana saja, bahkan dari lereng pegunungan Simalungun.
Perjuangannya menegaskan bahwa kemerdekaan tidak hanya diperjuangkan di medan diplomasi, tetapi juga di medan perang dengan keberanian dan kecerdikan.
Melalui pengakuan ini, Rondahaim Saragih menjadi simbol bahwa perjuangan lokal adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah besar Hari Pahlawan Nasional di Indonesia.