Pasien Poli Jiwa RSUD Curup Melonjak, Kesadaran Kesehatan Mental Meningkat
Layanan Poli Jiwa RSUD Rejang Lebong mencatat peningkatan jumlah kunjungan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini menjadi indikator meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental, sekaligus menunjukkan kebutuhan layanan kejiwaan yang semakin mendesak di daerah.
Berdasarkan data internal RSUD Rejang Lebong, jumlah pasien Poli Jiwa pada 2023 tercatat sekitar 700 orang. Angka tersebut meningkat menjadi sekitar 1.300 pasien pada 2024.
Tren ini berlanjut pada 2025, dengan total kunjungan mencapai sekitar 2.600 pasien, atau hampir empat kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Baca Juga: Di Rakornas BNPB, Kapolri Bicara Langkah Konkret Manajemen Risiko Bencana
Lonjakan Kunjungan Pasien Poli Jiwa
Pelaksana Tugas Direktur RSUD Rejang Lebong, Nova Friska Elianti, membenarkan adanya lonjakan kunjungan tersebut. Ia menyebut peningkatan terjadi secara konsisten dan menjadikan layanan poli jiwa sebagai salah satu unit dengan pertumbuhan pasien tercepat di rumah sakit tersebut.
Baca Juga: Polisi Turunkan Paksa Lima Drone di Sirkuit Mandalika
“Dalam tiga tahun terakhir, tren kunjungan ke poli jiwa terus meningkat. Lonjakan paling signifikan terjadi sepanjang 2025,” ujar Nova.
Namun, di tengah meningkatnya kebutuhan layanan, Nova mengakui RSUD Rejang Lebong masih menghadapi keterbatasan fasilitas. Hingga kini, rumah sakit tersebut belum memiliki ruang rawat inap khusus bagi pasien dengan gangguan kejiwaan berat.
“Kami saat ini baru melayani rawat jalan. Untuk pasien yang membutuhkan perawatan intensif dan rawat inap, masih harus dirujuk ke RSJKO Bengkulu,” jelasnya.
Lonjakan Pasien Poli Jiwa Rsud Curup Jadi Sorotan
Tantangan Fasilitas dan Perubahan Pola Pikir
Kondisi tersebut, menurut Nova, menjadi tantangan tersendiri karena jarak dan akses sering kali menjadi kendala bagi keluarga pasien. Pihak rumah sakit terus berupaya mendorong pembangunan fasilitas rawat inap jiwa di RSUD Rejang Lebong agar layanan bisa lebih optimal.
Sementara itu, Dokter Spesialis Kejiwaan RSUD Rejang Lebong, dr. Neljun Iraldo Barasa, Sp.Kj, menilai lonjakan jumlah pasien justru mencerminkan perubahan pola pikir masyarakat yang semakin terbuka terhadap isu kesehatan mental.
“Sekarang masyarakat mulai memahami bahwa gangguan jiwa bukan sesuatu yang harus ditutupi. Stigma perlahan berkurang,” ujar Neljun.
Ia menjelaskan bahwa pasien yang datang ke poli jiwa tidak selalu mengalami gangguan berat. Banyak di antaranya datang dengan keluhan stres, kecemasan, depresi ringan, hingga kecanduan, termasuk kecanduan judi online dan penggunaan gawai berlebihan.
“Gangguan kejiwaan spektrumnya sangat luas. Banyak kasus yang dapat ditangani melalui konsultasi rutin dan terapi tanpa harus menjalani rawat inap,” jelasnya.
Meski demikian, Neljun menekankan pentingnya dukungan fasilitas yang memadai, terutama untuk kasus tertentu yang memerlukan penanganan intensif.
Menurutnya, sebagai rumah sakit rujukan tingkat kabupaten, keberadaan ruang rawat inap jiwa sudah menjadi kebutuhan mendesak.
“Kesadaran masyarakat meningkat, tetapi fasilitas kita masih terbatas. Idealnya RSUD Curup memiliki ruang rawat inap jiwa sendiri agar penanganan pasien bisa lebih optimal,” katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak ragu memanfaatkan layanan poli jiwa apabila mengalami gangguan psikologis.
“Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan menunggu kondisi memburuk, jangan takut, dan jangan malu untuk berobat,” pungkasnya.
Peningkatan kunjungan Poli Jiwa RSUD Rejang Lebong ini menjadi cerminan bahwa isu kesehatan mental semakin mendapat perhatian di tengah masyarakat.
Tantangan ke depan adalah kesiapan fasilitas dan kebijakan agar layanan yang tersedia mampu menjawab kebutuhan yang terus berkembang.