Kondisi Global Dinamis, Bagaimana Ketahanan Ekonomi Indonesia?
Ekonomi Bisnis

FTNews - Saat ini, kondisi global penuh dengan ketidakpastian. Pasalnya, kondisi di Timur Tengah yang memanas ini membuat banyak orang menjadi khawatir.
Panasnya tensi geopolitik antara Iran dan Israel menimbulkan kekhawatiran terhadap ekonomi global.
Selain itu, menguatnya Dollar Amerika Serikat (USD) karena inflasi di Amerika Serikat (AS) lebih tinggi dari prediksi analis dan pasar. Sehingga, muncul sebuah perkiraan di mana AS belum akan menurunkan suku bunganya.
Baca Juga: Edy Rahmayadi ke Ketua Umum PWI: Kembalikan Pers ke Hati Rakyat
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, menyampaikan hal tersebut dalam sebuah konferensi pers terkait Kondisi Ekonomi Terkini pada hari Kamis (18/4).
“Saya mendampingi Menko (Menteri Koordinator) Perekonomian menjelaskan situasi dunia, kondisi fundamental ekonomi Indonesia, dan langkah yang dilakukan Pemerintah RI dalam konferensi pers sore ini,†jelasnya.
Ketahanan Ekonomi Indonesia
Baca Juga: Jokowi: IKN Bukan Hanya untuk ASN
Wamenkeu Suahasil Nazara dalam sebuah konferensi pers terkait Kondisi Ekonomi Terkini, Kamis (18/4). Foto: Kemenkeu
Meski di tengah ketidakpastian ini, Suahasil mengatakan kepercayaan investor terhadap ketahanan ekonomi Indonesia masih baik. Hal ini berkaitan dengan keputusan lembaga pemeringkat, Moody’s, yang mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada peringkat Baa2.
Melihat keputusan ini, Kemekeu menilai bahwa pasar masih menilai positif fundamental ekonomi Indonesia.
“Ini tentu akan terus dijaga untuk menghindari capital outflow,†jelas Suahasil.
Akibat penguatan dollar, nilai tukar rupiah terkena depresiasi. Namun, nilai tukar rupiah masih tergolong relatif stabil dari pada mata uang negara-negara lain, seperti China, Thailand, dan Malaysia.
Pemerintah juga telah bekerja sama dengan tim pengendalian inflasi pada tingkat daerah maupun pusat agar dapat mengendalikan inflasi.
Selain itu, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) menjadi senjata utama pemerintah sebagai shock absorber. Seperti melalui subsidi dan kompensasi energi untuk meredam kenaikan harga komoditas.
Pemerintah juga akan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) pangan untuk menjaga daya beli masyarakatnya.
“Kita tentu berharap akan terjadi penurunan eskalasi konflik. Sehingga situasi ekonomi global dan nasional akan tetap terkendali,†pungkas Suahasil.