Kronologi Kasus Anjing Dibunuh, Berujung Ariana Beach Resort Amed Banjir Bintang Satu
Sebagai bentuk protes, ribuan netizen langsung menyerbu Google Maps dan media sosial Ariana Beach Resort Amed. Hingga saat ini, tercatat lebih dari 1.700 ulasan bintang satu masuk ke akun Google Maps mereka.
Beberapa komentar pedas warganet:
“Jangan pernah stay di sini. Tidak ada prikemanusiaannya sama sekali!”
“Resort terburuk! Tidak punya hati nurani!”
“Masih banyak resort lain yang lebih menghargai makhluk hidup.”
Selain di Google, akun Instagram resort juga dibanjiri komentar kecaman.
Mediasi dan Kesepakatan
Karena situasi memanas, dilakukan mediasi antara pemilik anjing, pihak desa, dan pihak hotel. Hasilnya:
Empat anak anjing diadopsi oleh pihak resort,
Dibuat berita acara resmi,
Resort wajib melaporkan perkembangan anak anjing setiap 10 hari sekali,
Postingan viral di media sosial akan dihapus sebagai bagian dari penyelesaian kasus.
Pernyataan Pemerintah
Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Karangasem akhirnya angkat bicara. Kepala dinas I Made Sugiarta menegaskan bahwa ke depan penanganan anjing liar tidak lagi boleh dilakukan dengan eliminasi sepihak.
“Fokus kami ke depan adalah vaksinasi, kontrol populasi, dan program adopsi,” tegasnya pada Jumat, 3 Oktober 2025.
Kasus ini menjadi pelajaran bahwa penanganan hewan liar tidak bisa dilakukan secara sembrono, apalagi menyangkut nyawa induk yang baru melahirkan. Reaksi publik membuktikan bahwa kesadaran terhadap hak hewan di Indonesia semakin tinggi.
Apakah kasus ini sudah selesai?
Secara hukum mungkin iya, tetapi di mata publik, luka moralnya belum benar-benar terhapus. Banyak netizen masih menyerukan boikot Ariana Beach Resort Amed, menunggu permintaan maaf resmi dan transparansi pengelolaan hewan di wilayah tersebut.