Lagi, 12 WNA Bangladesh Jadi Korban TPPO, Diselundupkan dari Malaysia ke Sumatera via Jalur Laut
Kasus TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) dengan korban warga Bangladesh kembali terungkap. Sebelumnya kasus semacam ini dengan korban WNA Bangladesh juga telah diungkap, dan kini terjadi lagi.
Berawal dari penemuan 12 WNA Bangladesh di sebuah hotel di Kota Kupang oleh polisi Kupang. Diduga mereka adalah korban jaringan perdagangan orang internasional. Namun dalam pengamanan terhadap 12 WNA Bangladesh, tidak diketahui siapa yang membawa mereka ke hotel.
Info yang didapat, sebelum mencapai Kupang, belasan WNA Bangladesh ini berada di Surabaya. Mereka tinggal 5 bulan di Surabaya, kemudian dibawa ke Kupang.
Sebelumnya, Juli 2025, Unit TPPO Ditreskrimum Polda NTT Bersama Rudenim Kupang juga menangani kasus semacam ini. Kala itu melibatkan lima WNA Bangladesh.
Jaringan Penyelundup Internasional
Pengembangan kasus ini dilakukan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda NTT melalui Subdit IV Unit Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) bersama Bareskrim Polri, menelusuri jaringan penyelundupan tersebut.
“Pelaku penyelundupan orang masih dalam penyelidikan oleh Subdit IV Unit TPPO di Surabaya,” kata Direktur Reskrimum Polda NTT Kombes Pol. Patar Silalahi, dilansir Humas Polri.
WNA Bangladesh Diselundupkan Melalui Malaysia
Foto: tangkap layar YouTube Detik.com
Dari pemeriksaan sementara, para WNA itu diketahui masuk ke Indonesia tanpa melalui jalur resmi, meski memiliki paspor atau dokumen keimigrasian yang sah.
Patar Silalahi menyebut, mereka diselundupkan dari Malaysia ke Pulau Sumatera melalui jalur laut, kemudian menuju Surabaya dan menetap di sana selama sekitar lima bulan sebelum berangkat ke Kupang.
“Jadi mereka masuk ke Kupang ini sejak tiga atau empat hari yang lalu dan menginap di hotel tersebut,” ungkapnya. Hingga saat ini, pihaknya masih mengambil keterangan dari para WNA tersebut, untuk mengungkap kemana tujuan mereka setelah tiba di Kota Kupang.
Tim kepolisian masih mengambil keterangan, apakah tujuannya ke Australia atau negara lain, pungkasnya.***