Makna dan Sejarah ACAB 1312, Bergema di Medsos usai Affan Kurniawan Dilindas Rantis Brimob
Nasional

Indonesia setelah seorang pengemudi ojek online (ojol) tewas secara mengenaskan. Korban yang diidentifikasi bernama Affan Kurniawan, meninggal dunia setelah dilindas oleh kendaraan taktis (rantis) milik Brimob.
Peristiwa tragis ini terjadi pada hari Kamis, 28 Agustus, di tengah aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh di kawasan Pejompongan, Jakarta. Affan, yang saat itu berada di lokasi, menjadi korban saat situasi antara massa dan aparat memanas.
Dari video yang beredar, insiden bermula saat rantis Barracuda milik Brimob bergerak untuk membubarkan massa. Dalam situasi yang kacau tersebut, Affan Kurniawan terjatuh dan tubuhnya dilindas kendaraan berat tersebut.
Baca Juga: Usai Bersumpah Usut Tuntas Meninggalnya Affan Kurniawan, Dansat Brimob Dilempari Botol
Akibat luka parah yang dideritanya, nyawa Affan tidak dapat diselamatkan walau sempat dilarikan ke RSCM. Video detik-detik kejadian ini sontak viral di media sosial dan memicu kemarahan besar dari publik yang menuntut keadilan.
Publik murka dengan represi kembali yang dilakukan aparat. Di media sosial, frase ACAB dan 1312.
Baca Juga: Potret Massa Tumbang Terkena Gas Air Mata, Demo Solidaritas Affan Kurniawan di Mako Brimob Kwitang
Istilah 1312 merupakan kode numerik dari slogan bahasa Inggris "ACAB" yang berarti All Cops Are Bastards atau "Semua Polisi adalah Bajingan". Kode ini dibentuk dengan mengganti huruf menjadi angka sesuai urutan alfabet, yakni A=1, C=3, A=1, B=2.
Ilustrasi ACAB 1312. (X/ultras_antifaa)
Slogan ini digunakan sebagai bentuk kritik keras terhadap aparat penegak hukum, terutama ketika dianggap bertindak brutal, tidak adil, atau represif. Asal-usul frasa ini berawal di Inggris pada paruh pertama abad ke-20.
Kala itu, slogan ACAB populer di kalangan pekerja yang melakukan mogok sebagai simbol perlawanan terhadap otoritas. Seiring waktu, frasa ini menjadi bagian dari ekspresi perlawanan terhadap polisi yang dipandang sebagai alat negara yang menindas rakyat kecil.
Pada era 1970-an hingga 1980-an, slogan ini mendapatkan dukungan besar dari subkultur punk dan skinhead. Melalui musik, grafiti, hingga identitas komunitas bawah tanah, ACAB menyebar luas dan menjadi bagian dari simbol perlawanan budaya populer.
1312.
Dari sinilah istilah tersebut terus bertahan dan melekat dalam gerakan protes di berbagai negara. Dengan berkembangnya media sosial dan gerakan digital, kode 1312 semakin sering digunakan untuk menghindari sensor.
Simbol ini muncul dalam grafiti, tato, spanduk, bahkan tagar di internet. Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, 1312 menjadi ekspresi ketidakpuasan masyarakat terhadap praktik kekerasan atau ketidakadilan yang dilakukan aparat kepolisian.