Malang Dilanda Banjir dan Guguran Lava Gunung Semeru Bersamaan
Malang diterjang bencana menuju akhir pekan, setelah hujan deras sejak 4 Desember menyebabkan banjir di sejumlah wilayah dan memicu gangguan aktivitas warga.
Genangan air muncul tiba-tiba akibat curah hujan tinggi dan kondisi drainase yang tidak berfungsi maksimal. Situasi ini semakin memprihatinkan karena beberapa titik banjir turut merendam rumah dan fasilitas umum.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang menyebut endapan sedimentasi dan penumpukan sampah pada saluran air menjadi penyebab utama banjir.
Baca Juga: Siapa Owner PT Toba Pulp Lestari? Perusahaan yang Dituding Jadi Penyebab Banjir Sumatera
Sedimentasi tersebut mempersempit jalur aliran sehingga air meluap ke jalan dan masuk ke permukiman. Pemerintah Kota Malang telah mengirimkan alat berat untuk melakukan pembersihan saluran.
“Petanya sedang kami susun untuk warga yang tinggal di daerah rawan bencana. Ini peta bencana menjadi bahan mitigasi pejabat kewilayahan dan kami tentunya,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang Prayitno.
Baca Juga: Update Bencana Banjir Sumatera: 835 Meninggal, Kondisi Aceh Sangat Memprihatinkan
Prayitno menjelaskan, peta tersebut penting agar wilayah dapat cepat mengambil tindakan jika terjadi potensi bencana. Langkah mitigasi mulai dari penentuan titik evakuasi hingga upaya penanganan struktural maupun sosial dapat dilakukan lebih efektif. “
Banjir yang melanda sejak Kamis (4/12) merendam 39 titik di tiga kecamatan, yakni Sukun, Blimbing, dan Lowokwaru. BPBD mencatat enam rumah rusak dan 90 rumah tergenang banjir. Sejumlah lokasi seperti Jalan Candi Bajang, Jalan Letjen S Parman Gang 1, dan Jalan Taman Siswa mengalami genangan cukup tinggi.
Di beberapa titik, material lumpur terbawa banjir hingga masuk ke rumah warga. Di Kecamatan Lowokwaru, lima motor milik warga hanyut terbawa arus.
Di tengah penanganan banjir, bencana lain kembali muncul dari arah Gunung Semeru. Gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang–Malang itu kembali menunjukkan aktivitas vulkanik berupa guguran lava. Lava meluncur sejauh 800 meter hingga 1 kilometer ke arah Besuk Kobokan.
"Guguran lava teramati sebanyak lima kali dengan jarak luncur kurang lebih 800 hingga 1.000 meter ke arah curah Kobokan,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian.
Selain itu, teramati 27 letusan dengan kepulan asap putih tebal–kelabu setinggi 500–1.000 meter yang condong ke timur laut dan utara. Dalam 24 jam pengamatan, tercatat 123 gempa letusan, 18 gempa guguran, 19 embusan, serta tujuh tremor harmonik.
Bahkan terjadi getaran banjir atau lahar hujan yang terekam satu kali dengan amplitudo 35 mm selama hampir dua jam. Aktivitas ini memicu kewaspadaan di sepanjang aliran Besuk Kobokan, jalur penghubung arah Malang–Lumajang.
Mukdas menegaskan status Gunung Semeru masih berada pada Level III atau siaga. Masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 13 km di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan.
“Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” katanya.
PVMBG meminta warga tetap waspada karena potensi awan panas guguran, lava, dan lahar dapat mengancam kapan saja. Masyarakat juga diminta menjauhi radius 5 km dari kawah Gunung Semeru demi menghindari bahaya lontaran batu pijar.