Memanas, Netanyahu Sebut Serangan Israel ke Gaza Baru Permulaan: Malam Neraka
Nasional

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa serangan ke Gaza yang saat ini berlangsung baru permulaan dan akan semakin intensif.
Pernyataan ini muncul di tengah eskalasi konflik yang terus meningkat antara Israel dan kelompok Hamas di Gaza. Mengakhiri jeda dua bulan sejak gencatan senjata diberlakukan per 19 Januari 2025.
Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak akan berhenti sampai mencapai tujuan militernya, termasuk menghancurkan infrastruktur Hamas dan mengeliminasi ancaman roket yang terus diluncurkan ke wilayah Israel.
Baca Juga: Rencana Kejam Israel : Ubah 70 Persen Wilayah Gaza Jadi Zona Terlarang dan Usir 2 Juta Penduduk!
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa ini “baru permulaan” dan memperingatkan operasi militer akan terus berlanjut dengan intensitas yang lebih besar. Lebih 400 orang tewas dalam serangan terbaru sejak Selasa (18/3) dini hari.
Netanyahu menyalahkan Hamas atas gagalnya negosiasi pembebasan sandera. Ia pun menekankan perundingan di masa depan hanya akan berlangsung “di bawah tembakan”.
"Hamas telah merasakan pukulan kami dalam 24 jam terakhir, dan ini baru permulaan,” ujar Netanyahu dari pangkalan militer Kirya di Tel Aviv.
Baca Juga: Solidaritas untuk Palestina, Prabowo-Anies Pakai Profil Semangka
Serangan ini menghancurkan rumah-rumah dan kamp pengungsian dari utara hingga selatan Gaza.
Mengutip Reuters, saksi mata menyebut rudal menghantam Kota Gaza, sementara tank-tank Israel menembaki wilayah perbatasan.
Otoritas kesehatan Palestina melaporkan 408 korban tewas dalam sehari, menjadikannya salah satu hari paling mematikan sejak perang pecah.
"Itu malam neraka. Seperti awal perang,” kata seorang ibu lima anak di Kota Gaza, Rabiha Jamal (65 tahun).
Koordinator bantuan darurat PBB, Tom Fletcher, mengatakan “keuntungan sederhana” dari gencatan senjata telah hancur.
Mesir dan Qatar, mediator utama, mengutuk serangan Israel. Uni Eropa menyatakan penyesalan atas kegagalan gencatan senjata, sementara AS kembali membela sekutunya itu.
Pejabat AS di PBB, Dorothy Shea, juga menuding “kesalahan sepenuhnya berada di tangan Hamas”.
Di Gaza, rumah sakit kewalahan menerima korban. Tumpukan mayat berlumuran darah ditumpuk di bawah lembaran plastik putih.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa sebagian besar korban adalah anak-anak, dengan 562 orang terluka.
Hamas mengkonfirmasi serangan Israel menewaskan beberapa pejabat senior mereka, termasuk Essam Addalees, kepala pemerintahan de facto Hamas, dan Mahmoud Abu Watfa, kepala dinas keamanan Hamas.
Sementara, pernyataan Netanyahu itu memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk komunitas internasional yang menyerukan de-eskalasi dan gencatan senjata untuk menghindari jatuhnya lebih banyak korban sipil.
Sejumlah negara dan organisasi hak asasi manusia mengkhawatirkan meningkatnya jumlah korban jiwa, terutama di kalangan warga sipil Palestina.
Di sisi lain, Hamas dan kelompok militan lainnya di Gaza juga menyatakan tidak akan mundur dan siap melanjutkan perlawanan.
Situasi di wilayah tersebut masih tegang, dengan pertempuran yang terus berlangsung dan meningkatnya korban di kedua belah pihak.