Internasional

Negeri Gurun Kok Impor Pasir? Arab Saudi Ternyata Beli dari Australia

03 November 2025 | 21:33 WIB
Negeri Gurun Kok Impor Pasir? Arab Saudi Ternyata Beli dari Australia
Ilustrasi padang pasir yang berada di Arab Saudi. [Meta AI]

Siapa sangka, Arab Saudi, negara yang identik dengan gurun pasir, ternyata mengimpor pasir dari luar negeri.

rb-1

Negeri kaya minyak itu membeli pasir dari Australia, Tiongkok, hingga Belgia, demi memenuhi kebutuhan pembangunan besar-besaran dalam proyek ambisius Visi 2030.

Baca Juga: Ternyata Ini Bedanya Nasi Goreng Indonesia dan Thailand yang Bikin Lisa BLACKPINK Terkesan

rb-3

Langkah ini terdengar aneh, mengingat Arab Saudi memiliki hamparan pasir sejauh mata memandang. Namun kenyataannya, pasir gurun tidak bisa dipakai untuk membangun gedung atau jalan raya.

Kenapa Pasir Gurun Tak Bisa Dipakai untuk Bangunan?

Ilustrasi Arab Saudi tetap mengimpor pasir dari Australia, China dan Belgia. [Meta AI]Ilustrasi Arab Saudi tetap mengimpor pasir dari Australia, China dan Belgia. [Meta AI]

Baca Juga: 4 SPPG Baru Rejang Lebong Perluas Akses Gizi di Daerah 3T

Pasir yang ada di gurun telah terkikis angin selama ribuan tahun, membuat bentuk butirannya menjadi terlalu bulat dan halus.

Padahal, untuk membuat beton yang kuat, dibutuhkan pasir dengan butiran kasar, tajam, dan bersudut, seperti yang ditemukan di dasar sungai atau laut.

Butiran tajam inilah yang membuat pasir bisa “menggigit” campuran semen dan air, sehingga menghasilkan struktur yang kokoh. Karena itulah, pasir gurun tidak bisa digunakan untuk konstruksi modern.

Visi 2030 dan Hausnya Pembangunan

Ilustrasi padang pasir di Arab Saudi [Meta AI]Ilustrasi padang pasir di Arab Saudi [Meta AI]

Sejak meluncurkan Visi 2030, Arab Saudi tengah gencar membangun berbagai proyek futuristik, seperti:

  1. NEOM, kota canggih senilai ratusan miliar dolar di tengah gurun.
  2. Red Sea Project, kawasan wisata mewah di pesisir Laut Merah.
  3. Qiddiya, pusat hiburan berskala internasional.

Semua proyek itu membutuhkan pasir konstruksi berkualitas tinggi, dan sayangnya, negara gurun itu tidak punya bahan baku yang memadai.

Australia Jadi Pemasok Pasir Dunia

Australia kini muncul sebagai pemasok pasir konstruksi terbesar kedua di dunia.

Menurut data OEC World (2023), negara tersebut mengekspor pasir senilai 273 juta dolar AS atau sekitar Rp4,7 triliun, termasuk ke Arab Saudi yang mengimpor sekitar 140.000 dolar AS atau sekitar Rp2,24 miliar untuk proyek-proyek infrastrukturnya.

Selain Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar juga mengimpor pasir dalam jumlah besar untuk membangun gedung pencakar langit dan jalan raya.

Krisis Pasir Dunia Mengintai

Fenomena ini membuka mata dunia bahwa pasir kini menjadi sumber daya langka.

Menurut laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) tahun 2024, bumi mengonsumsi sekitar 50 miliar ton pasir setiap tahun, menjadikannya sumber daya padat paling banyak ditambang di dunia.

Namun, sebagian besar pasir tidak bisa digunakan untuk konstruksi.

UNEP memperingatkan bahwa penambangan pasir besar-besaran telah menyebabkan erosi sungai, rusaknya ekosistem laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Solusi: Pasir Buatan dan Daur Ulang Bangunan

Untuk mengatasi krisis ini, beberapa negara mulai mengembangkan pasir buatan (M-sand), yaitu pasir hasil penghancuran batuan agar menyerupai pasir alami.

Selain itu, muncul inovasi mendaur ulang limbah konstruksi menjadi bahan bangunan baru. Meski menjanjikan, penggunaan alternatif ini masih dalam tahap awal dan butuh waktu agar bisa diterapkan secara luas.

Gurun Tak Selalu Jadi Sumber Pasir

Kisah ini menjadi ironi sekaligus pelajaran: tak semua pasir bisa dijadikan bahan bangunan, bahkan di negara gurun sekalipun.

Arab Saudi mungkin kaya akan minyak dan pasir, tapi untuk membangun masa depannya, mereka harus mengimpor bahan dasar yang selama ini dianggap tak terbatas.

Sumber: The Daily Guardian

Tag arab saudi pasir padang pasir