Pencegahan Radikalisme Anak Harus Dilakukan Secara Sistematis
Daerah

Forumterkininews.id, Jakarta - Proses radikalisasi di usia dini sengaja dilakukan karena anak memiliki daya reseptif yang kuat dalam menerima berbagai hal baru. Anak merupakan simpul penerus generasi yang menjadi sasaran empuk kelompok radikal dalam melakukan kaderisasi.
Karena itulah, melindungi anak dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme sejatinya bagian dari menyelematkan masa depan bangsa.
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Maharani Ardi Putri,  MSi. Psi, metode pencegahan yang sistematis dapat melibatkan semua pihak baik orang tua, guru maupun pemerintah dan Kementerian/Lembaga. Karena hal tersebut merupakan cara yang efektif guna melindungi anak dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Baca Juga: Kecelakaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, 18 Saksi Diperiksa Polda Jabar
“Jadi sebenarnya nilai toleransi dan sebagainya itu harus ditanamkan dari kecil, secara sistematis. Tidak hanya dalam bentuk mata pelajaran saja, tapi kita harus ajari dari segi behaviornya dan perasaannya. Jadi pembelajaran kita tentang nasionalisme, tentang toleransi, kerukunan harus disusun secara sistematis berjenjang dari TK sampai kuliah," ujar Maharani Ardi Putri,  MSi. Psi.  di Jakarta, Minggu (24/7), dalam keterangan yang diterima Forumterkininews.id dari PMD BNPT.
DIjelaskan, pendekatan sistematis diperlukan agar menghasilkan keberlanjutan. Tidak bisa hanya orang tua, namun juga sekolah sehingga akan lebih efektif.
"Yang paling baik adalah semua pihak berkolaborasi, sehingga akhirnya anak-anak sepanjang waktu mereka berinteraksi dengan dunia sosial, mereka sudah terbiasa mendapat nilai (toleransi, kerukunan, dsb) seperti itu," kata wanita yang akrab disapa Putri Langka ini.
Baca Juga: Kronologi Pengemudi Mobil Cekcok dengan Sopir Bus Transjakarta
Dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Pancasila ini menilai, bahwa semangat radikalisme dan fanatisme paling efektif jika dibangun sedari dini mulai masa kanak-kanak, agar nilai-nilai dan ajaran yang ditanamkan akan terus terbawa oleh anak hingga ia dewasa.
Putri berharap agar khusunya kepada pemuka agama dan penceramah agar lebih bijaksana menyampaikan sesuatu yang terkait dengan agama. Hal ini karena masyarakat memiliki tingkat pemahaman keagamaan yang berbeda yang dikhawatirkan justru menimbulkan banyak persepsi atau pemahaman keliru akan agama.