Nasional

Peran Manusia di Era AI: Fokus Empati & Kreativitas

25 Oktober 2025 | 06:32 WIB
Peran Manusia di Era AI: Fokus Empati & Kreativitas
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie

Perkembangan pesat kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) terus menjadi sorotan global. Dalam konteks ini, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, menegaskan bahwa AI harus ditempatkan sebagai alat untuk memperkuat kemampuan manusia, bukan menggantikannya.

rb-1

Pesan penting tersebut disampaikan Stella dalam pidatonya berjudul “AI untuk Indonesia” pada acara AI for Indonesia 2025 by Kumparan, yang berlangsung di The Ballroom at Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (23/10).

Baca Juga: Hati-hati! Virus Brokewell Bisa Kuras Rekening

rb-3

Menurut Stella, perdebatan tentang apakah AI akan mengambil alih peran manusia kini bukan lagi hal yang bisa dihindari. Dunia sedang mengalami perubahan besar akibat pesatnya inovasi digital. Oleh karena itu, fokus utama seharusnya bukan pada rasa takut akan perubahan, tetapi pada kemampuan manusia beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa.

“AI bisa menjadi ancaman, tetapi juga bisa menjadi pendorong kemajuan. Kuncinya ada di tangan kita, bagaimana cara kita menggunakannya,” ujar Stella.

Melampaui Kemampuan Teknis: Mengapa Empati dan Kreativitas Kian Penting?

Baca Juga: Bocah Temukan Bebek Karet di Pantai, Bukti Kejahatan Lingkungan

Ia menyoroti fenomena meningkatnya jumlah perguruan tinggi yang tergesa-gesa membuka program studi berbasis teknologi dan komputasi. Namun, menurutnya, data menunjukkan bahwa justru bidang tersebut termasuk yang paling terdampak oleh disrupsi AI. Hal ini menjadi pengingat bahwa dunia kerja dan pendidikan harus bertransformasi lebih cepat.

“Yang perlu kita persiapkan bukan sekadar kemampuan teknis. AI tidak bisa menggantikan hal-hal seperti empati, kreativitas, moralitas, dan kemampuan berpikir kritis,” tegasnya.

Stella menjelaskan bahwa AI memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang: di satu sisi dapat mengancam keamanan dan memperlebar kesenjangan sosial, namun di sisi lain juga berpotensi memperkuat sistem keamanan dan membantu pemerataan kesempatan.

“AI bisa menyebarkan hoaks, tetapi juga bisa membantu kita memeriksa kebenaran informasi. Semua tergantung pada arah pemanfaatannya,” tambahnya.

AI IndonesiaAI Indonesia

Mewujudkan Indonesia Sebagai Pencipta, Bukan Hanya Pengguna AI

Melalui forum AI for Indonesia 2025, pemerintah bersama para pemangku kepentingan lintas sektor, mulai dari industri, akademisi, komunitas, hingga mahasiswa, berkomitmen untuk mempercepat penerapan AI yang berorientasi pada dampak nyata bagi masyarakat. Acara ini mengusung tema “Accelerating Impact with Applied AI”, dengan tiga pilar utama: AI for Everyone, AI for Good, dan AI for Growth.

Menutup pidatonya, Stella Christie menegaskan pentingnya peran Indonesia bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai pencipta teknologi AI yang beretika dan berdaya saing global.

“Pertanyaannya bukan lagi bagaimana Indonesia bermanfaat bagi AI, tetapi bagaimana AI bisa memberi manfaat sebesar-besarnya bagi Indonesia,” pungkasnya.

Tag Teknologi Inovasi AI Wamendiktisaintek KecerdasanBuatan StellaChristie AIFORINDONESIA2025 DisrupsiDigital TransformasiPendidikan AIforGood