Perjalanan Puyi, Kaisar Tiongkok Terakhir hingga Jadi Rakyat Biasa
Lifestyle

Hari ini merupakan penurunan tahta Dinasti Qing oleh kaum republik Tiongkok seratus tahun lebih yang lalu. Kaisar terakhirnya yaitu Puyi yang merupakan Kaisar Tiongkok terakhir dan penguasa ke-12 dan penutup dari Dinasti Qing.
Puyi lahir pada 7 Februari 1906 hingga meninggalnya 17 Oktober 1967. Puyi berasak dari klan Aisin Gioro suku Manchu, Sejak umur 2 tahun, ia telah berkuasa sebagai Kaisar Xuantong dari tahun 1908 hingga penurunan takhtanya pada 12 Februari 1912 setelah Revolusi Xinhai.
Dari tanggal 1 hingga 12 Juli 1917, ia sempat mengalami restorasi singkat berkat bantuan Jenderal Zhang Xun.
Pada tahun 1934 ia mendeklarasikan diri sebagai "Kaisar Kangde" dari negara boneka Manchukuo yang dikendalikan Kekaisaran Jepang. Ia berkuasa di sana hingga akhir Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada tahun 1945.
Setelah Republik Rakyat Tiongkok didirikan pada tahun 1949, Puyi ditahan sebagai penjahat perang selama 10 tahun, menulis tentang masa lalunya, dan menjadi anggota Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China.
Penurunan takhta Puyi pada tahun 1912 menandai akhir dari ribuan tahun kekuasaan dinasti di Tiongkok. Ia pun terkenal di seluruh penjuru dunia dengan julukan "The Last Emperor (Kaisar Terakhir)".
Sebenarnya Puyi sempat memperoleh tahtanya secara singkat. Yaitu pada tahun 1917, Jenderal Zhang Xun melakukan restorasi dengan mengembalikan kekuasaan kepada Puyi sebagai kaisar yang dimulai pada tanggal 1 Juli hingga 12 Juli.
Upaya restorasi tidak berhasil karen meluasnya pengaruh pihak oposisi di seantero Tiongkok dan timbulnya campur tangan dari jenderal lain.
Setelah itu, Puyi terusir dari Kota Terlarang dan tinggal di kediaman ayahnya Pangeran Chun selama beberapa hari dan kemudian menetap di kedutaan besar Jepang selama satu setengah tahun.
Pada tahun 1925, ia pindah ke "Taman Vila Tenang"' di daerah konsesi Jepang di Tianjin. Di situ dia merancang upaya lagi untuk berkuasa dengan bantuan Kekaisaran Jepang. Hingga ia dapat berkuasa di Manchuria.
Pada 1 Maret 1932, Puyi diangkat oleh Jepang sebagai penguasa Manchukuo, sebuah negara boneka dari Kekaisaran Jepang di Manchuria.
Manchuria adalah sebuah wilayah kuno di sebelah timur laut Tiongkok dekat perbatasan dengan Korea Utara dan Rusia. Manchuria sekarang ini meliputi provinsi-provinsi Republik Rakyat Tiongkok seperti Liaoning, Jilin dan Heilongjiang.
Pemerintahan Manchukuo dihapuskan setelah kekalahan Kekaisaran Jepang pada akhir Perang Dunia II. Negara boneka ini diserang dan berhasil dikuasai oleh tentara Soviet pada Agustus 1945 dan secara formal diserahkan ke administrasi Tiongkok pada tahun berikutnya.
Puyi ditangkap oleh Tentara Merah Soviet pada 16 Agustus 1945 saat berada di pesawat yang terbang menuju Jepang. Pasukan Soviet tersebut membawanya ke kota Chita di Siberia.
Saat Partai Komunis Tiongkok di bawah pimpinan Mao Zedong berkuasa pada tahun 1949, Puyi dipulangkan ke Tiongkok setelah dilakukan negosiasi antara pihak Uni Soviet dan Tiongkok.
Puyi menghabiskan sepuluh tahun hidupnya dengan mendekam di Pusat Manajemen Penjahat Perang Fushun di provinsi Liaoning sampai ia dinyatakan berhasil direformasi dan bebas.
Dari tahun 1964 hingga kematiannya, ia bekerja sebagai seorang editor untuk departemen literasi Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, dengan gaji bulanan sekitar 100 yuan.
Puyi meninggal di Beijing setelah lama menderita komplikasi kanker ginjal dan penyakit jantung pada 17 Oktober 1967 saat berusia 61 tahun.