Permintaan Maaf Guru SD Usai Viralkan Sekolah Rusak Tuai Reaksi Keras Publik
Sebuah kejadian di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menjadi perbincangan hangat setelah video seorang guru SDN 156 Kalukubodo tersebar luas di media sosial.
Guru bernama Ahmad Firman itu mendadak menjadi pusat perhatian publik karena video permintaan maafnya yang ikut viral. Ironisnya, permintaan maaf tersebut muncul setelah dirinya lebih dulu mengunggah kondisi sekolah yang rusak parah.
Pemanggilan oleh Disdikbud Picu Tanda Tanya Publik
Setelah videonya mengenai kerusakan sekolah mendapat perhatian warganet, Ahmad Firman ternyata dipanggil oleh pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bulukumba.
Usai pemanggilan itulah muncul video klarifikasi yang menampilkan Firman tengah membaca selembar kertas sambil menyampaikan permintaan maaf.
Adegan tersebut membuat publik curiga dan mempertanyakan alasan di balik permintaan maaf yang terkesan tidak natural.
Warganet Lontarkan Kritik Pedas
Guru Meminta Maaf (Instagram/rumpi_gosip)Situasi semakin ramai setelah komentar salah satu warganet bernama Umar viral. Ia menilai bahwa tindakan memaksa guru meminta maaf sangat tidak pantas.
“Sekolah ambruk lalu diviralkan seorang guru. Malah disuruh minta maaf. Ini yang suruh minta maaf asli tolol banget,” tulisnya dengan nada keras.
Umar juga menambahkan bahwa keberanian Firman memperlihatkan kondisi sekolah semestinya diapresiasi, bukan ditekan: “Mustinya terima kasih ke guru ini. Asli, iq jongkok orang yang paksa guru ini minta maaf,” ungkapnya geram.
Bagi banyak orang, apa yang dilakukan Firman adalah bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan dan keselamatan siswa—hal yang seharusnya mendapat dukungan.
Publik Pertanyakan Transparansi dan Perlindungan Guru
Komentar netizen mengenai sang guru (Instagram)
Kasus ini memantik diskusi luas mengenai transparansi kondisi pendidikan di daerah serta perlindungan bagi tenaga pendidik. Banyak yang menilai bahwa guru tidak seharusnya diminta bungkam ketika ingin menunjukkan kondisi sekolah yang tidak layak.
Perdebatan pun terus berlanjut, menyoroti pentingnya perbaikan fasilitas pendidikan dan perlindungan bagi para guru yang berbicara demi kepentingan siswa.