Profil Muhammad Salim Fakhry, Bupati Aceh Tenggara yang Viral Setelah Serukan Prabowo Presiden Seumur Hidup
Nama Bupati Aceh Tenggara, Muhammad Salim Fakhry, menjadi sorotan nasional setelah pernyataannya yang menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto menjabat sebagai “presiden seumur hidup” saat kunjungan kerja ke wilayah tersebut.
Ungkapan tersebut menyebar cepat dan memicu berbagai reaksi dari publik maupun politisi.
Pernyataan itu disampaikan Salim di tengah kunjungan Presiden ke lokasi terdampak banjir bandang di Aceh Tenggara.
Baca Juga: Wacana Motor dan Mobil Nasional Prabowo Subianto, Siap Kurangi Ketergantungan Impor
Situasi darurat bencana menjadi latar belakang munculnya seruan tersebut, yang dilihat sebagai bentuk pengharapan dan dukungan terhadap kepemimpinan nasional saat ini.
Rekam Jejak Politik Salim Fakhry: Dari DPRK ke Senayan
Salim Fakhry bukan nama baru di kancah perpolitikan Aceh. Ia memiliki rekam jejak panjang dalam jabatan publik dan struktur politik daerah.
Karier politiknya dimulai dari tingkat kabupaten. Ia pernah menjabat sebagai anggota DPRK Aceh Tenggara, kemudian meningkat menjadi Wakil Ketua DPRK, dan akhirnya Ketua DPRK.
Pengalaman tersebut membuka jalan bagi Salim untuk melangkah ke level nasional.
Ia dua kali duduk sebagai anggota DPR RI mewakili daerah pemilihan Aceh, yakni pada periode 2014–2019 dan 2019–2024.
Setelah menyelesaikan tugas sebagai legislator nasional, ia kembali ke daerah dan maju dalam pemilihan kepala daerah. Pada 2024, ia terpilih sebagai Bupati Aceh Tenggara untuk periode 2025–2030.
Dalam bidang akademik, Salim menempuh pendidikan S1 Manajemen di Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI) Medan.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ganesha, Jakarta, dan berhasil meraih gelar magisternya.
Jejak Politik Salim Fakhry Bupati Aceh Tenggara Yang Dukung Prabowo Seumur Hidup
Latar Belakang dan Kontroversi Seruan "Presiden Seumur Hidup"
Setelah video seruan “presiden seumur hidup” tersebar luas, pernyataan tersebut menimbulkan beragam tanggapan.
Meski memantik diskusi di ruang publik, dari sisi politik internal pernyataan itu dipandang sebagai ekspresi spontan dalam suasana kunjungan Presiden ke daerah bencana.
Pernyataan tersebut juga mencerminkan hubungan kedekatan politik di tengah masa transisi pemerintahan serta dinamika antara kepala daerah dan pemerintah pusat dalam konteks penanganan bencana.
Kunjungan Presiden ke Aceh Tenggara berlangsung setelah banjir bandang merusak berbagai infrastruktur dan permukiman warga.
Pemerintah daerah saat ini fokus pada pemulihan kondisi masyarakat, termasuk penanganan pengungsian, kerusakan fasilitas umum, serta pemulihan layanan dasar.
Sebagai kepala daerah, Salim berada di garda depan dalam mengoordinasikan penanganan bencana dan menyambut kedatangan Presiden yang meninjau langsung kondisi lapangan.