Putra Pendiri Hamas yang Membelot ke Israel Sebut Negara Palestina Tidak Akan Pernah Ada
Nasional
 210920256.jpg)
Mosab Hassan Yousef awalnya orang Palestina, namun kini ia adalah pahlawan bagi Israel. Sebagai putra sulung Hassan Yousef, salah satu pendiri Hamas sekaligus pemimpin spiritualnya di Tepi Barat, Mosab tumbuh di lingkaran kelompok itu sejak kecil.
Namun setelah sempat dipenjara Israel saat remaja karena menyelundupkan senjata, ia berpaling haluan. Diam-diam ia muncul sebagai mata-mata Shin Bet yang disusupkan ke dalam organisasi Hammas yang dipimpin ayahnya – posisi yang ia jalani hampir 10 tahun.
Mosab Hassan Yousef Aset Bagi Israel
Baca Juga: Ini Wajah Mata-Mata Mossad yang Dieksekusi Iran
Tentara Israel. (Twitter IDF)Dikutip The Telegraph, Mosab Hassan Yousef dikenal sebagai Pangeran Hijau, dan menjadi aset paling berharga Israel. Ia memberikan informasi intelijen penting mengenai bom bunuh diri, penembakan, dan penusukan pada salah satu periode paling berdarah dalam konflik 70 tahun tersebut.
Kini, ia menjadi salah satu pengkritik paling vokal terhadap gerakan perlawanan Palestina – yang ia sebut sebagai “Palestinianisme” – dan kecamannya tidak hanya ditujukan kepada Hamas, melainkan juga hampir seluruh warga sipil di wilayah pendudukan.
Tepat ketika Inggris, Prancis, Kanada, Portugal, dan negara demokratis Barat lainnya bersiap untuk secara resmi mengakui Palestina sebagai negara di PBB di New York pada hari Senin, Mosab mengatakan bahwa negara semacam itu tidak ada.
Baca Juga: Tragis di Gaza: Influencer Cilik Tewas Dibunuh Israel
Argumen yang ingin disampaikan Mosab tidaklah mudah diterima banyak orang. Ia meyakini bahwa Palestina adalah “konstruksi artifisial”, bahwa orang-orang Palestina sebaiknya melepaskan identitas mereka jika ingin berkembang, dan bahwa “Palestinianisme” adalah kutukan kultus yang mengancam bukan hanya Israel, tetapi juga dunia yang lebih luas, khususnya Barat.
“Palestinianisme adalah gerakan politik yang penuh kekerasan, dan mereka yang menyebut diri orang Palestina adalah pihak yang mendapat keuntungan dari isu Palestina. Mereka adalah pelaku… saat ini saya tidak membedakan antara Hamas dan orang Palestina,” katanya.
Kata Mosab Soal Serangan 7 Oktober
Ilustrasi penyerangan Israel. (meta ai)Identitas yang ia anut sejak kecil kini ia tolak sepenuhnya. Tragedi 7 Oktober dan kehancuran Gaza setelahnya ia anggap sebagai konsekuensi tak terhindarkan dari identitas yang dibangun atas dasar “kekerasan dan mentalitas korban”.
“Kebanyakan pemerkosaan, kekejaman, pemenggalan kepala, membakar orang, membakar jenazah; sebagian besar kekejaman yang terjadi dilakukan oleh warga sipil Gaza, bukan oleh Nukhba Hamas [sayap militer]. Faktanya, Hamas tidak bisa mengendalikannya.”
Kisah Mosab dielu-elukan dan luar biasa bagi Israel, dan meskipun secara politik ia kini berada di kubu yang sama dengan perdana menteri Israel, pemikirannya berbeda jauh dengan Bibistim, sebutan untuk basis pendukung inti Benjamin Netanyahu.
Bahkan, ia menilai “delusi” yang menjerat bangsanya bisa berlaku pada siapa saja, baik Yahudi maupun Kristen. Masalah utamanya, kata dia, ada pada “domba” dunia; orang-orang yang mengikuti arus tanpa mempertahankan individualisme mereka demi “menyelamatkan diri” dan orang lain.
“Kalian tahu, domba sedang menuju rumah potong,” katanya. “Domba mengira gembala adalah sahabat terbaik mereka. Itulah masalahnya dengan domba. Mereka mengikuti. Mengapa? Karena gembala memberi mereka rasa aman.
“Tetapi pada akhirnya, bukan kepentingan gembala untuk menyelamatkan domba. Ya, mereka diberi makan, tetapi hanya supaya layak disembelih. Dan inilah kenyataan banyak orang. Rasanya aman, terutama ketika kalian berada dalam kawanan. Tetapi kawanan hanya berjalan ke satu arah. Itulah kenyataan kebanyakan orang. Inilah kenyataan dunia.”