Kesehatan

Rahasia Penyembuhan Suku Dayak Taboyan: Saat Alam dan Roh Bekerja Menyatu

12 Oktober 2025 | 16:42 WIB
Rahasia Penyembuhan Suku Dayak Taboyan: Saat Alam dan Roh Bekerja Menyatu
Para periset Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PR AK) BRIN mendiskusikan hal tersebut dalam sesi diskusi “Pengobatan Tradisional Masyarakat Dayak Taboyan Kalimantan Tengah”/Foto: Humas BRIN

Tradisi penyembuhan masyarakat Dayak Taboyan di pedalaman Kalimantan Tengah menarik perhatian peneliti BRIN. Masyarakat Dayak Taboyan hingga kini masih teguh menjaga tradisi penyembuhan yang diturunkan leluhur mereka. Meskipun arus modernisasi sudah mendominasi pengobatan medis berbasis teknologi.

rb-1

Di wilayah yang akses kesehatannya terbatas, balian, sebutan untuk penyembuh tradisional, tetap menjadi sandaran utama warga dalam menghadapi berbagai penyakit, baik fisik maupun gangguan jiwa.

Para periset Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PR AK) BRIN mendiskusikan hal tersebut dalam sesi diskusi “Pengobatan Tradisional Masyarakat Dayak Taboyan Kalimantan Tengah”, baru-baru ini.

rb-3

Eksistensi Pengobatan Tradisional Dayak

Dikutip dari laman BRIN, Setyo Boedi Oetomo dalam paparannya membahas eksistensi pengobatan tradisional dayak dalam konteks masyarakat pedalaman Kalimantan Tengah sub etnis Dayak Tabayon.

Ia menjelaskan bahwa di sana masih melakukan praktik pengobatan tradisional berbasis kepercayaan lokal Kaharingan. Praktik ini masih diterapkan di Desa Panaen, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara.

IlustrasiIlustrasi

Dijelaskannya, desa tersebut terletak sekitar sembilan jam perjalanan darat dari Palangka Raya, melewati jalan Trans-Kalimantan yang sebagian rusak akibat aktivitas tambang dan perkebunan sawit.

“Pengobatan tradisional di pedalaman masih sangat dibutuhkan karena keterbatasan fasilitas medis modern,” ujar Boedi. Diimbuhkannya, rumah sakit terdekat saja berjarak ratusan kilometer, sehingga balian dan bidan kampung menjadi penolong utama warga.

Boedi lalu menuturkan perjalanan menuju lokasi penelitian di sana yang penuh tantangan, seperti jalan berlubang, jembatan kayu sederhana, hingga risiko longsor dan gangguan satwa liar. Namun, sambutan masyarakat yang ramah membuat tim peneliti mudah diterima.

Untuk dapat diterima masyarakat, tim peneliti menerapkan pendekatan partisipatif dengan melibatkan peneliti lokal sebagai mediator budaya. Mereka menginap di rumah tokoh adat dan mengikuti tata cara adat saat memasuki hutan, termasuk membawa sesajen kecil berupa paku, beras, dan uang logam sebagai simbol izin kepada roh penjaga alam.

“Pendekatan ini penting agar masyarakat merasa dihormati dan bersedia berbagi pengetahuan tanpa curiga,” jelasnya. Ia menekankan bahwa penelitian ini bukan untuk eksploitasi, melainkan pendokumentasian pengetahuan lokal.

Proses Ritual Pengobatan Tradisional Dayak Taboyan

Selanjutnya, Mustolehudin membahas prosesi ritual pengobatan tradisional Dayak Taboyan. Ia menguraikan bahwa ritual pengobatan tradisional Dayak Taboyan dipimpin oleh balian bakawat, bentuk lokal dari tradisi penyembuhan Dayak. Diungkapkannya, peran balian zaman dahulu dapat dilakukan oleh laki-laki (balian dawo) maupun perempuan (balian dadas).

1 2 Tampilkan Semua
Tag Suku Dayak Taboyan

Terkait

Terkini