Kesehatan

Rahasia Penyembuhan Suku Dayak Taboyan: Saat Alam dan Roh Bekerja Menyatu

12 Oktober 2025 | 16:42 WIB
Rahasia Penyembuhan Suku Dayak Taboyan: Saat Alam dan Roh Bekerja Menyatu
Para periset Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PR AK) BRIN mendiskusikan hal tersebut dalam sesi diskusi “Pengobatan Tradisional Masyarakat Dayak Taboyan Kalimantan Tengah”/Foto: Humas BRIN

Ritual biasanya berlangsung selama tiga hari dua malam, dengan berbagai perlengkapan seperti campuran bahan lokal seperti kelapa tua, beras serta sesaji berupa telur, janur, bunga, dan patung kecil dari adonan tepung beras (saradiri) yang menjadi media pemindahan penyakit.

Upacara diiringi musik tradisional berupa kendang dan gong, menambah suasana magis di sekitar rumah balian. Simbol-simbol seperti tangga balian dan penegen ringin melambangkan hubungan antara dunia manusia dan roh leluhur.

Banyak Mantra Gunakan Idiom Islam seperti Basmalah dan Syahadat

Setelah ritual selesai, makanan persembahan seperti ayam rebus, lemang, dan kue tradisional disantap bersama sebagai bagian dari rasa syukur.

“Keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada keyakinan pasien,” jelas Mustolehudin. Dalam kepercayaan Dayak, disebutnya, penyembuhan terjadi ketika keseimbangan antara manusia dan roh telah dipulihkan.

Menariknya, dalam praktik pengobatan, banyak mantra yang menggunakan idiom Islam seperti basmalah dan syahadat. Hal ini menunjukkan adanya sinkretisme antara ajaran Islam dan tradisi Kaharingan. Itu mencerminkan dinamika spiritual yang lentur dan adaptif.

Kepercayaan pada Roh Roh

Lalu, Joko Tri Haryanto membahas eksistensi roh-roh dalam pengobatan tradisional suku Dayak Tabayon. Dijelaskannya, kepercayaan terhadap roh dan makhluk halus dalam masyarakat Dayak Taboyan bukan sekadar simbol, melainkan bagian dari sistem kosmologi yang hidup. Mereka meyakini adanya tiga lapisan dunia: dunia atas (tempat para dewa), dunia tengah (tempat manusia), dan dunia bawah (tempat roh jahat atau kunyang).

“Penyakit dalam pandangan mereka bukan hanya persoalan biologis, tetapi tanda rusaknya relasi manusia dengan alam dan roh penjaga,” terang Joko. Karena itu, balian berfungsi sebagai mediator spiritual yang menegosiasikan pemulihan keseimbangan antara dunia manusia dan dunia gaib.

Dalam praktik sehari-hari, masyarakat selalu meminta izin sebelum mengambil hasil hutan atau menebang pohon. Mereka percaya, jika tidak dilakukan dengan hormat, seseorang bisa terkena “kepohonan”. Maksudnya, penyakit akibat gangguan roh karena melanggar pantangan adat.

Kayu Bajakah Kayu Antikanker

Salah satu contoh yaitu kayu bajakah yang kini dikenal luas karena berkhasiat sebagai antikanker, juga berakar dari pengetahuan lokal Dayak Taboyan. Namun, bagi mereka, kayu ini hanya berkhasiat jika diambil dengan izin dan niat baik, tanpa itu bajakah dianggap tidak memiliki daya penyembuh.

Melalui penelitian ini, BRIN berupaya mendokumentasikan sekaligus menegaskan bahwa pengobatan tradisional Dayak Taboyan bukan sekadar warisan budaya, tetapi sistem pengetahuan yang menyatukan tubuh, jiwa, dan alam.

“Dalam dunia yang semakin modern, pengetahuan lokal seperti ini penting untuk dipahami, bukan diromantisasi atau dieksploitasi,” tegas Joko. Karena, tradisi penyembuhan mereka mengajarkan kita tentang keseimbangan, penghormatan terhadap alam, dan pentingnya spiritualitas dalam menjaga kesehatan.

Dengan demikian, di tengah keterpencilan geografis dan tekanan modernisasi, masyarakat Dayak Taboyan tetap menjadi penjaga warisan pengetahuan leluhur. Ini sebagai sebuah sistem yang bukan hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga merawat harmoni antara manusia, alam, dan roh.

1 2 Tampilkan Semua
Tag Suku Dayak Taboyan

Terkait

Terkini