Said Aqil: Hanya di Indonesia ada Pejuang Agama Sekaligus Pejuang Nasionalis
Nasional

Forumterkininews.id, Lampung - Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj membuka Muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Darussa’adah, Gunung Sugih, Lampung Tengah, Rabu (22/12).
Dalam sambutannya, pria kelahiran Cirebon 68 tahun yang lalu ini menceritakan perbandingan agama dan nasionalisme di Indonesia dengan Timur Tengah, termasuk di Arab Saudi. Belasan tahun di Arab membuat dirinya menghayati arti NU untuk Indonesia dan dunia.
"Dengan segala hormat di Arab, agama sedari awal tidak menjadi unsur aktif dalam mengisi makna nasionalisme. Bila anda membaca sejarah dan naskah konstitusi negara Arab, anda segera tahu betapa mahal dan berharga naskah pembukaan UUD 1945 yang kita punya," kata Said, Rabu (22/12).
Baca Juga: Edy Rahmayadi ke Ketua Umum PWI: Kembalikan Pers ke Hati Rakyat
Said Aqil mengatakan di Arab Saudi itu umumnya, "pejuang nasionalis bukan pejuang agama. Pejuang agama bukan nasionalis. Hal ini berbeda di Indonesia yang salah satunya ditunjukkan pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari merupakan, "Pejuang Islam dalam waktu yang sama pejuang nasionalis."
"Di Timur Tengah, tidak banyak kita jumpai ulama nasionalis. Sebagaimana sangat jarang ditemukan nasionalis yang sekaligus ulama. Akibatnya nasionalisme dan agama sering kali bertentangan lalu lahirlah satu demi satu konflik sektarian," kata Said.
Said mengingatkan masa di mana NU lahir pada era kolonialisme Belanda. Kala itu, sekitar seabad lalu, NU lahir saat tataran global tengah berubah karena Perang Dunia II. Pada Agustus 1945, kata dia.
Baca Juga: Jokowi: IKN Bukan Hanya untuk ASN
Bom atom sekutu meledak di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang. Hal itu menandai akhir perang dunia kedua yang membuat perubahan global.
"Pada tataran global perang dunia baru usai. Sistem monarki berbasis agama mulai tak memadai, dan gelombang wahabisasi sebagai embrio radikalisme berkibar di Hijaz. Sementara di Nusantara patriotisme mulai menemukan bentuknya," pungkas Said.