Sejarah Banjir di Jakarta Dari Masa ke Masa dan Tantangan Para Cagub-Cawagub

Nasional

Selasa, 19 November 2024 | 22:00 WIB
Sejarah Banjir di Jakarta Dari Masa ke Masa dan Tantangan Para Cagub-Cawagub
Banjir sudah merendam Kota Jakarta sejak zaman Hindia Belanda (ist)

Musim hujan telah tiba. Curah hujan yang tinggi mengguyur sejumlah kota di Indonesia, termasuk Jakarta.

rb-1

Dan bicara soal hujan dan Jakarta, satu hal yang terpikir oleh kita tentunya: BANJIR,

Ini merupakan masalah klasik di Indonesia sejak dahulu kala, Jakarta sudah berkali-kali ganti pemimpin, namun banjir belum juga hengkang.

Baca Juga: Polisi akan Periksa Ahli IT Terkait Kasus Prank KDRT Baim Wong

rb-3

Sejumlah daerah yang menjadi langganan banjir diantaranya wilayah Jatinegara, Kampung Melayu, Pondok Pinang hingga Pademangan.

Kini, jelang PIlgub Jakarta 2024, masing-masing paslon turut mengumbar janji akan mengatasi banjir di Jakarta.

Masing-masing melontarkan ‘ramuan’ jitunya yang dianggap bisa mengatasi banjir.

Baca Juga: Identitas Wanita Penerebos Istana Negara Terus Diperdalam Polisi

Paslon nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono menjanjikan pembangunan waduk dan bendungan baru, agar laju air di daerah penyangga tidak langsung ke Jakarta.

Paslon nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana memiliki konsep yang serupa, yakni memksimalkan fungsi waduk dan bendungan di sekitar Jakarta.

Sementara Paslon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno akan mengkombinasikan fungsi waduk, normalisasi sungai dan pembuatan sumur resaman serta drainase.

Hingga kini belum ada jurus jitu yang benar-benar bisa diandalkan untuk mengatasi banjir di Jakarta.

Lantas seperti apakah sejarah banjir di kota ini? Berikut ulasanya.

Mengutip laman DPRD Jakarta, disebutkan banjir di Jakarta sudah terjadi sejak lama, bahkan ketika namanya masih Batavia.

Sejarah mencatat, pada Januari-Februari 1918, banjir pernah melanda Jakarta dan menjadi salah satu yang terparah.

Salah satu potret banjir Jakarta zaman dulu (Instagram)

Ketika itu hujan deras mengguyur Batavia dan seketika banjir pun datang dan merendam seluruh kota.

Saat itu, pemukiman elite Belanda yang disebut Weltevreden, sekarang Kampung Tanah Tinggi dan Kemayoran, ikut terendam.

Wilayah yang sekarang menjadi Pasar Baru, Tanah Lapang Singa dan Schoolweg juga ikut terendam.

Bahkan di Kawasan dekat aliran kali Ciliwung, seperti Pejambon, warganya harus mengungsi karena banjir merendam hingga ketinggian 1 meter.

Untuk mengatasi banjir tersebut, pemerintah Hindia Belanda bergegas memperbaiki tata kota dengan membuat kanal untuk menyalurkan banjir.

Fase pertama adalah membuat Banjir Kanal Barat yang terbentang dari Kawasan Manggaraii hingga Karet, kemudian berbelok ke Utara sampai Muara Angke.

Pembangunannya dimulai sejak 1912 dan selesai pada 1919. Kanal tersebut dibangun oleh seorang insinyur Pengairan Belanda, Herman Van Breen.

Konsep pembangunan banjir kanal ini cukup sederhana, yakni mengendalikan air dari hulu Sungai dan membatasi volumenya ketika masuk ke kota.

Banjir seakan jadi bencana rutin setiap tahun di Jakarta (ist)

Tapi pada prakteknya, konsep tersebut tak bertahan lama. Pembangunan Jakarta tumbuh pesat dari tahun ke tahun.

Populasinya pun meningkat drastis, hingga muncul pemukiman penduduk baru, pembangunan rumah, dan gedung sehingga menggerus Kawasan resapan air.

Terbukti, pada 1979, Jakarta kembali dilanda banjir besar. Kawasan Jakarta bagian Selatan yang semula aman dari banjir, kini perlahan mulai tergenang.

Ketika itu daerah yang terdampak yakni kawasan Pondok Pinang, dimana kawasan itu sempat terendam air setinggi 2,5 meter.

Sejak itulah banjir menjadi bencana rutin di Jakarta. Dalam rentang waktu, tercatat banjir besar pernah terjadi, seperti pada 1996, 2007, 2003 hingga 2019 dan 2020.

Tag Jakarta Banjir Kanal Barat Sejarah banjir Jakarta Batavia Hindia Belanda

Terkini