Sejarah Letusan Gunung Marapi di Sumatera Barat: Lebih dari 50 Kali Sejak Abad ke-19
Nasional

Gunung Marapi yang terletak di Sumatera Barat tercatat memiliki sejarah letusan vulkanik yang panjang, dengan lebih dari 50 kali aktivitas vulkanik terjadi sejak awal abad ke-19 hingga erupsi terakhir pada Desember 2023.
Berikut adalah rangkuman sejarah letusan Gunung Marapi selama lebih dari dua abad terakhir.
Sejak tahun 1800-an, Gunung Marapi mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik.
Baca Juga: Marapi Waspada Sejak 2011, Radius 3 Km dari Puncak Gunung Berbahaya
Pada tahun 1822, misalnya, gunung ini mengeluarkan kepulan asap hitam kelabu disertai leleran lava dan sinar api merah tua, yang berlangsung hingga keesokan harinya.
Letusan serupa juga terjadi pada tahun-tahun berikutnya, seperti pada tahun 1854 yang diwarnai dengan letusan abu selama beberapa hari dan pada 1871 yang menyebabkan hujan abu tebal sampai ke Bukittinggi.
Pada tahun 1883, Gunung Marapi mengalami serangkaian letusan yang cukup signifikan, termasuk letusan abu pada bulan Juni dan Agustus, serta erupsi kecil pada bulan Desember. Aktivitas vulkanik gunung ini tidak berhenti hingga abad ke-20.
Baca Juga: Status Gunung Marapi Sumbar Naik ke Level Siaga
Di tahun 1925, kawah gunung ini menunjukkan adanya sumbat lava hitam, dan pada 1930-an, lava muncul dari rekahan di dasar kawah.
Masuk ke dekade-dekade berikutnya, seperti tahun 1950-an, letusan-letusan eksplosif kembali terjadi, diikuti dengan peningkatan aktivitas pada tahun 1960-an hingga 1970-an.
Letusan-letusan besar yang disertai suara gemuruh, abu, dan lontaran material pijar juga tercatat pada tahun 1980-an.
Puncaknya, letusan eksplosif dan rentetan aktivitas yang diwarnai dengan suara gemuruh dan sinar api terjadi secara berturut-turut pada tahun 1988 hingga 1990.
Pada awal abad 21, Gunung Marapi masih terus menunjukkan aktivitas. Pada Oktober 2005, letusan abu terjadi hampir setiap hari, sementara pada tahun 2017 dan 2023, gunung ini kembali erupsi dengan intensitas yang cukup tinggi, yang mengingatkan pada potensi bahaya yang ditimbulkan.
Sejak tahun 1987, letusan Gunung Marapi lebih sering bersifat eksplosif, disertai suara gemuruh, abu, pasir, lapili, dan terkadang material pijar serta bom vulkanik. Selain itu, sejak tahun 1987, aktivitas vulkanik ini rutin dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengurangi risiko terhadap masyarakat sekitar.
Menurut data dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, karakter letusan Gunung Marapi termasuk letusan eksplosif dan efusif dengan masa istirahat rata-rata sekitar empat tahun. Gunung Marapi tetap menjadi perhatian utama dalam mitigasi bencana geologi di Indonesia mengingat frekuensi dan intensitas aktivitas vulkaniknya yang cukup tinggi.