Sentil Mendagri, DPR: Banyak Pj Kepala Daerah Tak Layak Memimpin

FTNews- Komisi II DPR RI menyentil Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian soal kinerja  Penjabat (Pj) para kepala daerah. Hal itu berlangsung dalam rapat Kerja dengan Komisi II di Gedung Nusantara, DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (10/6).

Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua Komisi II DPR RI Junimart Girsang menilai hampir 40 persen Pj yang saat ini menjabat, tidak layak memimpin.

“Yang pertama, tentu harus kita cermati menyangkut Pj-Pj ini, saudara menteri. Terus terang, hasil dari bukan hanya pengamatan ya. Yang kami lihat, dengar, dan rasakan. Hampir 40 persen para Pj ini memang tidak layak untuk menjadi Pj,” ujar Junimart.

Ia menduga, hal tersebut terjadi karena stok sosok di Kemendagri sudah tidak ada. Sehingga, hal itu membuat Mendagri mengambil sosok dari luar Kemendagri.

“Kami pahami kenapa sampai demikian, terus terang mungkin stok di Kementerian Dalam Negeri sudah habis. Sudah habis yang akhirnya mengambil dari kementerian lain. Yang saudara menteri tidak paham tentang pola pikir. Dan mungkin mereka juga tidak paham tentang bagaimana tata kelola pemerintahan,” tandas Junimart.

Wakil Ketua Komisi II DPR Junimart Girsang saat memberikan keterangan kepada wartawan di Gedung DPR.)

Ia pun menegaskan, untuk memilih Pj kepala daerah bukan hanya mereka yang paham dengan kondisi daerah tersebut. Tetapi juga harus mampu menyelesaikan permasalahan di daerah itu.

“Saudara menteri ya harus melihat juga bagaimana track record dari para Pj ini. Apakah mampu? Apakah  memang paham? Ada orang paham, tapi nggak mampu pak, tidak mampu,” sambung Junimart.

Dalam kesempatan yang sama, Mendagri Tito Karnavian mengatakan bahwa pihaknya siap mengkaji dugaan ketidaklayakan para Pj Kepala Daerah.

Tito menyebut sebagian Pj Kepala Daerah tersebut bukan berasal dari Kemendagri.

BACA JUGA:   Lima PJ Kepala Daerah Dilantik Hari ini, Mantan Kapolda Papua jadi Pj Gubernur

“Kami belum memiliki studi tentang ketidaklayakan secara sainstifik. Jadi, ini mungkin asumsi, hipotesis,”kata Tito.

“Kami sudah diskusikan dari awal bahwa enggak mungkin semua dari Kemendagri. Nanti (kementerian) saya enggak bisa kerja, habis semua. Sehingga kami ambil juga bukan hanya dari Kemendagri, bukan hanya dari kementerian/lembaga, melainkan justru banyak juga dari daerah,” paparnya.

Artikel Terkait