Serangan Israel ke Lebanon Berdampak Anggota TNI, Bagaimana Kondisi Mereka?
Nasional

Serangan militer Israel terhadap menara observasi di Markas United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) menyebabkan dua pasukan penjaga perdamaian asal RI terluka. Serangan ini terjadi di Naqoura, Kamis (10/10) malam.
Kementerian luar negeri RI memastikan keduanya dalam hanya mengalami luka ringan.
"Serangan terhadap tower di Naqoura (akibatkan) dua personel yang terluka. Dan kedua penjaga perdamaian tersebut adalah personel dari Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengutip Antara, Jumat (11/10).
Baca Juga: Satu Tersangka Pembunuhan Disertai Mutilasi di Mimika Masih DPO
Retno mengungkapkan awalnya pasukan Israel atau Israel Defense Force (IDF) menyerang markas UNIFIL sekira jam 05.05 waktu setempat. Mereka menargetkan bangunan menara pengamatan OP-4 di Green Hill, Naqoura.
Atas serangan itu, dua pasukan penjaga perdamaian dari Indonesia terluka setelah tank Merkava milik Israel menembaki menara observasi di markas UNIFIL.
"Untungnya kali ini lukanya tidak serius, tetapi mereka masih dirawat di rumah sakit," ujarnya.
Baca Juga: Timur Tengah Semakin Memanas, Giliran Irak yang Tembak Drone ke Israel
Sebelumnya dilaporkan bahwa markas pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon Selatan diserang oleh militer Israel pada Rabu dan Kamis malam.
Dalam kejadian tersebut, dua pasukan penjaga perdamaian dilaporkan terluka ketika sebuah tank Israel menembaki menara observasi di markas utama mereka di Naqoura, yang menyebabkan mereka terjatuh.
"Tidak ada korban dalam dua insiden lainnya," kata sumber PBB mengutip Alarabiya.
Meskipun demikian, UNIFIL menyatakan akan mengambil langkah untuk menindaklanjuti serangan Israel terhadap pasukan PBB, karena hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional.
"Setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional," kata UNIFIL dalam sebuah pernyataan.
Untuk diketahui, pasukan penjaga perdamaian UNIFIL di Lebanon didirikan pada tahun 1978 dan diperkuat setelah perang 2006 antara Israel dan Hizbullah.
Menurut situs web UNIFIL, pasukan tersebut terdiri dari 10.500 personel, dengan negara-negara penyumbang utama seperti Prancis, Italia, Indonesia, Malaysia, dan Ghana.