Sisi Gelap Pekerja Migran Indonesia di Jepang, Perkelahian Hingga Pembunuhan
Nasional

Pekerjaan di Jepang memang menawarkan banyak kesempatan dan daya tarik tersendiri. Belum lagi gaji fantastis yang diberikan perusahaan untuk karyawanna. Oleh karena itu tidak heran apabila banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memilih untuk mencari nafkah di Jepang. Diketahui pendapatan TKI yang bekerja di Jepang bisa mencapai belasan bahkan puluhan juta rupiah setiap bulannya.
Namun di balik negara maju tersebut, tetap saja budaya kerjanya menyisakan persoalan pelik yang bisa mengancam nyawa pekerja itu sendiri. Banyak sisi gelap atau tantangan yang dihadapi oleh tenaga kerja migran asal Indonesia di Jepang. Seperti yang sempat heboh terjadi pada bulan November 2024 lalu yakni peristiwa perkelahian antar Warga Negara Indonesia (WNI) di Kota Isesaki, Prefektur Gunma, yang menyebabkan satu orang tewas dan beberapa lainnya terluka.
Pada malam 3 November 2024, sebuah perkelahian brutal pecah di kawasan pemukiman Isesaki, Prefektur Gunma hingga menewaskan Abdul Rohman (37) dan melukai beberapa lainnya. Bentrokan berdarah ini melibatkan 17 warga Indonesia, dipicu oleh perselisihan keuangan antara dua kelompok broker pekerja migran yang bersaing merekrut tenaga kerja untuk perusahaan di Jepang.
Baca Juga: Suzuki Alto Cuma Dibanderol Rp 100 Jutaan: Kapan Meluncur di Indonesia?
Buntut dari insiden maut ini akhirnya polisi menangkap total 17 WNI pada Januari 2025 atas tuduhan perampokan dan pembunuhan. Lima di antaranya yang diduga menikam Abdul Rahman dan melukai lainnya, sementara 11 lainnya terlibat serangan dengan senjata tajam. Sebagian besar tersangka diyakini tinggal ilegal (overstayer) dan didakwa atas pelanggaran UU Imigrasi.
Seseorang narasumber mengatakan bahwa perkelahian antar calo ini sudah umum terjadi. Konflik yang terjadi biasanya karena wanita atau uang. Bukan hal yang aneh jika seorang calo mengambil semua gaji seseorang, lalu calo lain turun tangan untuk membantu mendapatkannya kembali hingga berujung perkelahian.
Sebagian besar tenaga kerja asal Indonesia yang tinggal melebihi masa berlaku visa mencari pekerjaan melalui calo. Mereka berusaha mendapatkan uang sebanyak mungkin dan mengirimkan uang ke rumah selagi masih bisa. Karena mereka tidak tahu kapan akan dideportasi karena pelanggaran imigrasi.
Baca Juga: Sedih Banget, WNI Jual Toyota Vellfire di Jepang Cuma Dihargai Rp 7 Juta
Insiden ini mengungkap sisi kelam eksploitasi pekerja migran Indonesia. Peristiwa ini menjadi peringatan bagi pihak berwenang, baik di Jepang maupun Indonesia. Perlindungan terhadap WNI di luar negeri harus menjadi prioritas, terutama dari agen-agen gelap yang menjanjikan pekerjaan secara ilegal.