Sosok 4 Jenderal Purnawirawan TNI yang Kirim Surat Pemakzulan Gibran
Politik
.jpg)
Surat Pemakzulan Gibran Rakabuming Raka dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI ke DPR dan MPR, ternyata ditandatangani oleh 4 Jenderal Purnawirawan TNI.
Empat purnawirawan Jenderal TNI yang mengirim surat usulan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke DPR adalah Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, dan Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto.
Surat tersebut dikirim oleh Forum Purnawirawan Prajurit TNI pada 26 Mei 2025 dan meminta agar proses pemakzulan Gibran segera diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Surat ini telah diterima dan diteruskan oleh DPR, MPR, dan DPD RI.
Baca Juga: Heboh Surat Pemakzulan Gibran Rakabuming di DPR, Golkar Respons Begini
Berikut sosok 4 Jenderal Purnawirawan TNI yang mengirim surat pemakzulan Gibran ke DPR.
1. Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi
Jenderal (Purn) TNI Fachrul Razi. [Istimewa]
Baca Juga: Puncak Bonus Demografi Indonesia di Tahun 2030-2045, Gibran: Hanya Sekali Terjadi Dalam Sejarah
Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi lahir pada 26 Juli 1947 di Aceh, berdarah Minangkabau dari ayahnya dan asli Aceh dari ibunya.
Ia adalah purnawirawan TNI Angkatan Darat dengan pengalaman di bidang infanteri dan pernah menjabat sebagai Wakil Panglima TNI (1999-2000), Kepala Staf Umum ABRI (1998-1999), Gubernur Akademi Militer (1996-1997), serta Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan dan Keamanan (1999).
Fachrul Razi juga pernah memimpin Kontingen Garuda IX/2 dalam misi perdamaian di Iran-Irak pada tahun 1989 saat berpangkat Letnan Kolonel.
Setelah pensiun dari militer dengan pangkat Jenderal TNI, ia aktif sebagai pengusaha dan komisaris utama di beberapa perusahaan besar seperti PT Central Proteina Prima Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk.
Di dunia politik, Fachrul adalah salah satu pendiri Partai Hanura dan pernah mendukung beberapa pasangan calon presiden, termasuk Jokowi pada 2014 dan 2019. Ia juga dipercaya menjadi Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju sejak Oktober 2019 hingga Desember 2020, menjadi menteri tertua yang pernah dilantik dan yang pertama dari matra AD sejak era Reformasi.
Fachrul dikenal sebagai sosok yang religius dan aktif dalam organisasi keislaman sejak muda. Ia juga pernah mengungkapkan bahwa pencopotannya dari jabatan Menteri Agama terkait penolakannya membubarkan Front Pembela Islam (FPI).
2. Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan
Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan. [Istimewa]
Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan lahir pada 7 November 1945 di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Ia memulai karier militernya setelah lulus dari Akademi Angkatan Udara (Akabri Bagian Udara) pada 1 Desember 1969.
Hanafie adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Indonesia dari tahun 1998 hingga 2002, masa transisi dari era Orde Baru ke Reformasi yang meliputi pemerintahan Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri.
Pendidikan militernya mencakup berbagai kursus di dalam dan luar negeri, seperti Sekolah Para dan Komando, Sekolah Penerbang Angkatan ke-16, Sekolah Instruktur Penerbang di Yogyakarta, Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (Sekkau), serta kursus manajemen di Dephankam. Di luar negeri, ia mengikuti kursus di Royal Australian Air Force, New Zealand Air Force, Angkatan Udara Korea Selatan, International Defence and Management Course di Amerika Serikat, dan Royal College of Defence Studies di Inggris.
Selama masa jabatannya, Hanafie menginisiasi beberapa kebijakan penting, termasuk memasang foto Laksamana Muda Udara Omar Dani di deretan mantan Kepala Staf Angkatan Udara, mendorong penulisan buku sejarah peristiwa 30 September 1965, dan mengukuhkan Raden Soerjadi Soerjadarma sebagai Bapak AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia).
3. Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto
Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto. [Wikipedia]
Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto lahir pada 14 November 1948 di Payaman, Secang, Magelang, Jawa Tengah. Ia adalah purnawirawan TNI Angkatan Darat yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) periode 1999-2000 di era Presiden Abdurrahman Wahid. Sebelum menjadi KSAD, Tyasno pernah menjabat Panglima Kodam IV/Diponegoro dan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI dengan pangkat Letnan Jenderal.
Karier militernya dimulai setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) tahun 1970. Sepanjang kariernya, Tyasno memegang berbagai posisi penting seperti Danramil, Danyonif, Kasbrigif, Asisten Operasi Kasdivif Kostrad, Asrena KSAD, dan Pangdam IV/Diponegoro. Ia juga pernah terlibat dalam Operasi Seroja di Timor Timur.
Tyasno dikenal sebagai salah satu jenderal yang memiliki brevet Komando Kopassus dan menerima berbagai tanda kehormatan atas prestasi militernya. Ia pensiun dengan pangkat Jenderal TNI dan tetap aktif dalam berbagai kegiatan setelah purnatugas.
4. Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto
Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto. [Wikipedia]
Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto lahir pada 4 Juni 1951. Ia adalah Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) dari 18 Februari 2005 hingga 7 November 2007.
Soebijanto lulus dari Akabri Bagian Laut pada tahun 1973[1][6]. Ia melanjutkan pendidikan di Alut Baru/Ops. School di Belanda (1980), Operational Art di Yugoslavia (1990), dan KRA-33 Lemhannas (2000-2001).
Beberapa penugasan penting dalam karier militernya meliputi Kasie Navi KRI Thamrin (1974), Kadep Navop KRI Rakata (1980), Kasilingstra Ditdik Seskoal (1991), dan Waasrenum TNI (2000). Sebelum menjabat sebagai KSAL, ia menjabat sebagai Wagub Lemhannas pada tahun 2003.
Slamet Soebijanto dikenal sebagai sosok yang keras dan berdedikasi tinggi. Ia memimpin TNI AL pada masa yang penuh tantangan geopolitik dan transformasi alutsista.
Demikian informasi mengenai sosok 4 Jenderal Purnawirawan TNI yang kirim surat pemakzulan Gibran ke DPR-MPR. Surat ini nantinya akan dibacakan DPR saat sidang paripurna.