Sosok Hambali, 'Otak' Pelaku Bom Bali ini Rencananya akan Dipulangkan ke Indonesia
Nasional
.jpeg)
Masih kental dalam ingatan akan sosok Hambali, Gembong Teroris dan juga otak pelaku peledakan bom Bali 2002 lalu.
Hambali saat ini masih ditahan di penjara Guantanamo, Kuba. Rencananya pemerintah akan memulangan Hambali ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Menko Yusril Ihza Mahendra. Dirinya mengaku jika saat ini pihaknya masih mempelajari rencana pemulangan Hambali.
Disinggung waktunya, Yusril menyampaikan jika pemerintah tidak memiliki tenggat mengenai rencana pemulangannya.
Hambali ditahan cukup lama di Guantanamo tanpa menjalani proses persidangan. Menurut Yusril, pemerintah bertugas untuk memberikan bantuan dan perlindungan terhadap WNI yang memiliki masalah di luar negeri.
"Hambali itu menjadi fokus perhatian kami, karena beliau adalah seorang warga negara Indonesia yang ditahan di tahanan Guantanamo, wilayahnya Kuba, tapi ditahan oleh militer Amerika Serikat sampai sekarang," kata Yusril dilansir dari sejumlah laman, Jumat (24/1/2025).
Dikutip dari BBC, Hambali merupakan sosok yang sempat mengegerkan Indonesia setelah dirinya disebut sebagai 'otak' serangan teror bom di Bali, Oktober 2002 serta beberapa serangan bom lainnya.
Pria kelahiran 1964 asal Cianjur, Jawa Barat, ini diyakini sebagai penghubung Jemaah Islamiyah (JI) dan organisasi teroris Al-Qaeda di Asia Tenggara.
Mereka dikenai tuntutan yang mencakup pembunuhan, konspirasi dan terorisme di penjara Guantanamo. Hambali adalah salah-seorang pimpinan organisasi teroris Jemaah Islamiyah.
Dia ditangkap dalam operasi gabungan CIA-Thailand di Ayutthaya, Thailand, 14 Agustus 2003, ketika dalam pelarian. Hambali baru menghadapi tuntutan pada Juni 2017.
Hambali baru menghadapi sidang perdana pada tahun 2021. Sebelumnya sejumlah pejabat di Kementerian Pertahanan AS yang mengawasi kasus-kasus yang muncul di Guantanamo dilaporkan menolak dakwaan itu dengan alasan yang belum pernah diungkap ke publik.
Persidangan atas Hambali dkk digelar di tengah rencana pemerintahan Biden yang mengatakan akan menutup pusat penahanan Guantanamo.
Selain disebut sebagai perancang serangan bom Bali 2002, Hambali juga dianggap bertanggung jawab dalam serangan serentak beberapa gereja di tujuh kota di Indonesia pada malam Natal, pada akhir 2000.
Riduan Isomuddin, nama lain Hambali, dilaporkan ikut mendanai pula aksi serangan bom di depan rumah Dubes Filipina di Jakarta, 1 Agustus 2000. Bom di Atrium Senen, Jakarta, 1 Agustus 2001, juga diduga melibatkan Hambali.
Pelakunya, Dani, warga Malaysia, adalah anak buah Noerdin M. Top, yang juga bawahan Hambali.
Selama masa buron, dan setelah tertangkap, proyek pengeboman yang diduga kuat dirancang oleh Hambali dengan Al-Qaeda dilaksanakan tim yang terdiri orang-orang dekatnya.
Selain Bom Bali 2002, menurut As'ad Said Ali, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara, Hambali berada 'di belakang' bom Marriot (5 Agustus 2003), bom Kedutaan besar Australia (9 September 2004), bom Bali 2 (1 Oktober 2005) dan terakhir bom Marriot-Ritz Carlton (17 Juli 2009).