Status Kritis! Lumba-lumba Air Tawar Endemik Kalimantan Ini Hanya Tinggal Tunggu Waktu
Pesut Mahakam, mamalia air tawar endemik Sungai Mahakam, kembali menjadi sorotan setelah status populasinya dikategorikan semakin kritis.
Satwa dengan nama latin Orcaella brevirostris ini diperkirakan hanya tersisa puluhan ekor di habitat alaminya, menjadikannya salah satu hewan paling terancam punah di Indonesia.
Sebagai lumba-lumba air tawar, pesut Mahakam memiliki ciri tubuh yang unik. Kepalanya bulat tanpa moncong panjang, berwarna abu-abu pucat, serta dilengkapi sirip punggung kecil yang melengkung.
Baca Juga: Penyelundupan 31 Kg Sabu-sabu dari Malaysia ke Pontianak Digagalkan Petugas Gabungan
Tubuhnya yang dapat mencapai panjang hingga hampir tiga meter menjadikannya predator penting yang berperan menjaga keseimbangan ekosistem sungai.
Mengenal Pesut Mahakam: Indikator Kesehatan Sungai
Baca Juga: Polisi Ciduk Tersangka Penambang Emas Liar di Kaltara
Pesut Mahakam hidup di kawasan perairan Sungai Mahakam yang berkarakteristik khusus, seperti memiliki arus tenang, rawa air tawar, serta paparan banjir musiman.
Di wilayah ini, keberadaan pesut merupakan indikator penting bagi kesehatan sungai. Kehadiran pesut sering dikaitkan dengan melimpahnya ikan kecil, sehingga penurunan populasinya turut mencerminkan menurunnya kualitas lingkungan.
Populasi pesut terus merosot akibat tekanan berbagai aktivitas manusia. Penyempitan kawasan sungai, pembangunan infrastruktur, hingga kualitas air yang menurun memperparah situasi.
Selain itu, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan menyebabkan pesut kerap terperangkap saat sedang mencari makan.
Upaya Penyelamatan di Tengah Ancaman Kritis
Lumba Lumba Air Tawar Satu Satunya Di Dunia Ada Di Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai laporan menyebutkan jumlah pesut Mahakam hanya berkisar antara 60 hingga 80 ekor.
Angka ini menempatkan mereka dalam kategori sangat terancam punah di daftar konservasi internasional.
Kondisi ini juga menandai rusaknya ekosistem Sungai Mahakam yang merupakan sumber kehidupan bagi berbagai satwa liar, termasuk masyarakat yang menggantungkan hidup pada hasil perairan.
Upaya penyelamatan pesut Mahakam terus digencarkan, mulai dari pemantauan populasi, edukasi masyarakat pesisir, hingga penguatan kawasan perlindungan.
Program identifikasi individu menggunakan foto sirip punggung juga dilakukan untuk memudahkan pemantauan setiap ekor pesut di alam.
Meski demikian, tanpa perbaikan tata kelola sungai dan pengendalian aktivitas yang merusak lingkungan, masa depan pesut Mahakam masih berada di ujung tanduk.
Keberadaan satwa ini bukan hanya simbol kekayaan alam Kalimantan, tetapi juga cerminan kualitas ekosistem yang menopang kehidupan banyak pihak.