Tahun Baru Islam 1447 H, Menag: Momentum Menuju Kehidupan Lebih Bermakna
Sosial Budaya

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyebut peringatan Tahun Baru Islam 1447 H merupakan momentum bagi umat Islam menuju kehidupan yang lebih bermakna.
Diketahui, Tahun Baru Hijriah terjadi ketika Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah lebih dari 14 abad lalu. Peristiwa ini membawa makna mendalam bagi perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw. Islam kemudian tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Momentum Hidup Lebih Bermakna
Baca Juga: Kapan Tahun Baru Islam 1447 H? Ini Jadwal dan Amalan Menyambut 1 Muharram
Ilustrasi membaca Al-Quran. [Pixabay]
Menag berharap hijrah bisa menjadi momentum tidak semata berpindah tempat dan waktu, tapi juga arah dan tujuan hidup yang lebih baik dan berkualitas.
Nasaruddin Umar mengutip salah satu pesan Al-Quran, Surah At-Taubah ayat 20: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Baca Juga: Di Depan Jokowi, Menag Sampaikan Kedahsyatan Alquran dalam Kehidupan
“Hijrah dalam ayat ini bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah. Dari gelap ke terang. Dari stagnan ke tumbuh. Dari biasa-biasa saja ke luar biasa dalam nilai dan kontribusi,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Kamis 26 Juni 2025.
“Hari ini, mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Sudah sejauh mana kita berhijrah dari rutinitas yang kering makna menuju amal yang bernilai? Sudahkah kita membawa Islam tidak hanya di kartu identitas, tapi juga dalam kejujuran, dalam kasih sayang, dalam tindakan sehari-hari?,” sambungnya.
Nasaruddin melanjutkan, Tahun Baru Islam tidak datang dengan kemeriahan pesta. Ia hadir dalam sunyi, dalam zikir, dan dalam refleksi yang hening. Menurut Menag, di situlah kekuatannya. Sebab, perubahan besar sering dimulai dari perenungan yang paling dalam.
“Di banyak daerah di Indonesia, Muharam dirayakan dengan cara yang indah. Ada Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, doa bersama di kampung-kampung. Semua itu menunjukkan bahwa Islam dan budaya lokal kita tidak saling meniadakan, justru saling menguatkan,” ungkapnya.
Kementerian Agama memandang hal tersebut menjadi kekayaan tersendiri bagi Islam di Indonesia. Islam yang membumi, Islam yang mewangi tanpa kehilangan kemurniannya.
Menjaga Makna
Ilustrasi pawai obor. [FT News]
"Maka tugas kita hari ini bukan hanya menjaga ritual, tapi menjaga makna. Bukan hanya mengingat peristiwa hijrah, tapi menghidupkan semangat hijrah dalam kehidupan nyata, baik di ruang keluarga, pendidikan, birokrasi, maupun media sosial,” katanya.
Menag mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk menyambut tahun ini dengan tiga kata kunci: Pertama, bersyukur, karena kita masih diberi umur dan kesempatan.
Kedua, berhijrah, karena stagnasi adalah musuh masa depan. Ketiga, berkontribusi, karena iman yang sejati harus tampak dalam tindakan.
“Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. Semoga hijrah kita bukan hanya berpindah waktu, tapi berpindah kualitas hidup,” pungkasnya.