Tata Cara Salat Sunah Safar, Ajaran Rasulullah Sebelum Perjalanan Jauh
Dalam ajaran Islam, setiap perjalanan bukan sekadar urusan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Perjalanan dipandang sebagai bagian dari ibadah yang mengandung makna spiritual dan nilai-nilai keimanan.
Momentum ini menjadi waktu yang tepat untuk meneguhkan niat dan memohon perlindungan kepada Allah SWT. Setiap langkah diharapkan membawa keberkahan, keselamatan, serta hikmah bagi yang menempuhnya.
Salah satu amalan yang diajarkan Rasulullah SAW sebelum seseorang berangkat bepergian adalah salat sunah safar, yakni salat dua rakaat yang dilakukan sebelum meninggalkan rumah.
Baca Juga: Niat dan Tata Cara Salat Sunah Safar, Ibadah saat Hendak Bepergian
Di Indonesia, salat sunah ini kerap dilaksanakan oleh para jamaah haji yang akan melakukan perjalanan mereka dari Nusantara menuju ke Baitullah. Hal tersebut memang sangat dianjurkan.
Kesunahan salat safar bukan hanya pada momentum pemberangkatan haji. Kesusahan ini berlaku pada setiap perjalanan jauh non-maksiat yang dilakukan oleh seorang muslim, seperti untuk bersilaturrahim, perjalanan niaga, ataupun keperluan lainnya.
Dalil dan Tuntunan Nabi SAW
Ibadah salat Islam. (ftnews-metaai)Dikutip situs Kementerian Agama, riwayat yang menjadi dasar amalan salat safar ini di antaranya berasal dari Anas bin Malik yang menegaskan bahwa setiap kali Rasulullah SAW akan meninggalkan sebuah tempat, maka beliau akan menyempatkan diri untuk melaksanakan salat sunah:
إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَنْزِلُ مَنْزِلاً إِلاَّ وَدَّعَهُ بِرَكْعَتَيْنِ
Artinya, “Sungguh, Nabi Muhammad Saw. tidak tinggal di suatu tempat kecuali meninggalkan tempat tersebut dengan salat dua rakaat” (HR Anas bin Malik).
Begitu pentingnya salat sunah safar ini, sampai-sampai Rasulullah menyebutnya sebagai sebuah amalan yang sangat “berharga” bagi keluarga yang akan ditinggalkan. Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadis bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
مَا خَلَّفَ أَحَدٌ عَلَى أَهْلِهِ أَفْضَلُ مِنْ رَكْعَتَيْنِ يَرْكَعُهُمَا عِنْدَهُمْ حِينَ يُرِيدُ السَّفَرَ
Artinya, “Tidak ada sesuatu yang lebih utama untuk ditinggalkan seorang hamba bagi keluarganya, daripada dua rakaat yang dia kerjakan di tengah (tempat) mereka ketika hendak melakukan perjalanan.” (HR ath-Thabrani).
Hadis lain yang menjelaskan keutamaan salat safar bisa kita simak juga pada riwayat Imam Thabrani lainnya, dimana Rasulullah Saw bersabda:
إِذَا خَرَجْتَ مِنْ مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ تَمْنَعَانِك مَخْرَجَ السُّوءِ وإذَا دَخَلتَ إِلَى مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ تَمْنَعَانِك مَدْخَلَ السُّوءِ.
Artinya, “Jika engkau keluar dari rumahmu maka lakukanlah salat dua rakaat, yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Dan jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah salat dua rakaat yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah” (HR al-Baihaqi).
Dari ketiga riwayat hadis di atas, bisa kita pahami bahwa salat safar menjadi amalan pendahuluan untuk mengiringi perjalanan dengan keikhlasan dan perlindungan Ilahi.
Waktu dan Cara Pelaksanaan
Posisi salat dalam Islam. (ftnews-copilot)Tidak ada waktu khusus untuk pelaksanaan salat sunah safar. Boleh dilakukan di pagi, siang, sore ataupun malam hari. Keterkaitan waktu dengan pelaksanaan salat sunah safar ialah dengan saat sebelum keluar rumah atau sebelum menaiki kendaraan untuk bepergian jauh.
Adapun tata caranya ialah dengan membaca niat:
أُصَلِّي سُنَّةَ السَّفَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalliî sunnatas safari rak’ataini lillâhi ta’âla Artinya, “Saya niat salat sunnah perjalanan dua rakaat karena Allah ta’âla.”
Untuk jumlah rakaat salat safar ialah dua rakaat, sebagaimana salat sunah biasa. Adapun yang dibaca sesudah surat Al-Fatihah tidak ada bacaan khusus, dalam arti kita bisa membaca ayat ataupun surat apa pun. Hanya saja, Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab menyarankan agar membaca surat Al-Kafirun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua.
Harus kita pahami bahwa terdapat makna spiritual di balik salat safar, yakni ia lebih dari sekadar rutinitas, namun juga mengajarkan etika berangkat dengan hati yang bersih dan niat yang lurus. Bepergian, dalam Islam, bukan hanya soal tujuan duniawi, tapi juga ujian keimanan dan ketundukan terhadap takdir Allah di jalan yang panjang.
Salat safar merupakan warisan spiritual dari Rasulullah SAW yang sarat makna. Dua rakaat sebelum bepergian menjadi perisai bagi jasad dan jiwa, menjadi pembuka jalan yang penuh berkah. Maka sebelum roda kendaraan berputar atau langkah kaki meninggalkan rumah, sempatkanlah dua rakaat. Sebab di sanalah letak keberangkatan sejati seorang Muslim: berangkat bersama Allah.