Terjadi Januari 2021, KNKT Baru Beberkan Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air

Nasional

Kamis, 03 November 2022 | 00:00 WIB
Terjadi Januari 2021, KNKT Baru Beberkan Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air

Forumterkininews.id, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyampaikan hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJY182 rute Jakarta - Pontianak kepada Komisi V DPR RI. Kecelakaan ini terjadi pada 9 Januari 2021.

rb-1

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan, tim investigasi meyakini adanya gangguan pada sistem mekanikal pesawat Boeing 737-500 dengan registrasi PK-CLC tersebut.

"Dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) yang sudah kita unduh, saat pesawat naik terjadi perubahan mode auto pilot. Dimana sebelumnya menggunakan komputer, berpindah menggunakan mode kontrol panel," kata Nurcahyo dalam, Kamis (3/11).

Baca Juga: Dirutnya Dicopot, Citilink Langsung Ubah Direksi Manajemen

rb-3

Nurcahyo menjelaskan dalam operasi normal, auto-throttle akan menggerakkan kedua thrust lever mundur untuk mengurangi tenaga mesin. Namun yang terjadi dengan pesawat pabrikan Amerika Serikat tersebut auto-throttle tidak dapat menggerakkan thrust lever kanan.

KNKT, juga telah memeriksa tujuh komponen sehingga dipastikan terdapat gangguan mekanikal pada pesawat tersebut. Bukan pada sistem komputer.

"Karena padatnya penerbangan hari itu dan kebetulan ada pesawat dengan tujuan yang sama. Penerbangan SJY182 diminta Air Traffic Controller (ATC) untuk berhenti di ketinggian 11.000 kaki," ujarnya.

Baca Juga: Menteri ATR: Wujudkan Keadilan dan Kepastian Hukum melalui Reforma Agraria

Tenaga Mesin Berkurang di Ketinggian 11.000 Kaki

Nurcahyo mengungkapkan menjelang ketinggian 11.000 kaki tenaga mesin semakin berkurang lantaran thrust lever kanan tidak bergerak. Hal ini menyebabkan perbedaan tenaga mesin sebelah kiri dan kanan semakin besar. Ini disebut sebagai asimetri.

Menurutnya, asimetri menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membelokkan pesawat ke kiri. Gaya ke kiri menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan, sehingga pesawat berbelok ke kiri.

Adapun keterlambatan Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) untuk memutus auto-throttle saat asimetri karena flight spoiler memberikan nilai yang lebih rendah. Hal ini berakibat pada asimetri yang semakin besar.

"Kurangnya monitoring pada instrumen dan posisi kemudi yang miring mungkin menimbulkan asumsi bahwa pesawat miring sehingga tindakan pemulihan tidak sesuai. Pemulihan ini tidak bisa dilaksanakan secara efektif dan tepat waktu," katanya.

Ia menambahkan proses investigasi dipimpin oleh KNKT dan dilaksanakan sesuai ketentuan Internasional Civil Aviation Organization (ICAO), melibatkan negara pembuat pesawat yakni Boeing asal Amerika Serikat, Transport Safety Investigation Bureau Singapura, Air Accident Investigation Branch Inggris, hingga pabrik mesin General Electric.

Tag Nasional DPR RI Komisi V KNKT FDR Sriwijaya Air

Terkini