Tersengat Sentimen Negatif Eksternal, IHSG Ditutup Melemah
Sumatra Utara

Kinerja (Indeks Harga Saham Gabungan) IHSG pada sesi perdagangan pertama sempat menguat dan mendekati level 7.600. Namun penguatan IHSG tidak berlangsung lama. Tekanan IHSG mengalami peningkatan di sesi perdagangan kedua, yang memaksa IHSG ditutup turun 0,74 persen di level 7.501,285.
Emiten di sektor perbankan banyak yang ditutup di zona merah sehingga memicu terjadinya pelemahan pada IHSG. Saham BBRI, BMRI dan BBNI menjadi motor pelemahan IHSG di hari ini, Rabu (9/10).
Selain itu sejumlah saham di sektor energi yang juga melemah turut menyeret pelemahan IHSG. Tekanan pada IHSG menguat seiring dengan sentimen negatif eksternal dari China.
Baca Juga: Rupiah Menguat, Harga Kebutuhan Pangan Masyarakat Berpeluang Turun
Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah yang menguat di level 16.615 per US Dollar tidak begitu banyak menolong IHSG.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan pelaku pasar masih berekspektasi bahwa The FED besar kemungkinan akan mengurangi agresifitasnya dalam menurunkan suku bunga acuan.
“Rilis data penting AS pada perdagangan besok akan menentukan ekspektasi pasar selanjutnya,” kata Gunawan Benjamin, Rabu (9/10).
Baca Juga: Cadangan Devisa Indonesia Turun jadi 132,2 Miliar Dolar AS
Ekspektasi pemangkasan bunga acuan yang agresifitasnya menurun bukan hanya menekan Rupiah. Harga emas juga terpantau mengalami pelemahan ke level 2.616 US Dollar per ons troy nya. Jika dikalkulasikan ke mata uang Rupiah, maka harga emas mencapai Rp1,32 juta per gram nya.
“Sejauh ini harga emas sedikit mengalami penurunan. Baik diakibatkan oleh melemahnya harga emas dunia ditambah dengan menguatnya mata uang Rupiah,” jelasnya.
Harga Minyak Mentah Turun
Sementara itu, Gunawan Benjamin menuturkan perang yang meluas di wilayah Timur Tengah tidak membuat harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan.
Pagi tadi, harga minyak mentah turun ke level 74 US Dollar per barel dari posisi sebelumnya di kisaran level 77 US Dollar per barel.
Pemicu penurunan harga minyak mentah ini terjadi karena China justru menunda menggelontorkan stimulus tambahan, yang memicu ekspektasi demand untuk minyak mentah mengalami penurunan.
“Ekspektasi tersebut akan mendorong pelemahan pada emiten sektor energi di pasar saham. Mayoritas bursa di Asia pada perdagangan hari ini ditransaksikan di zona hijau,” tuturnya.