Terungkap, AS Minta Israel Izinkan Pejuang Hamas Keluar dari Terowongan Maut
Sumber diplomatik menyebut, Israel sempat hampir mencapai kesepakatan baru untuk menyelamatkan para militan yang terjebak di bawah tanah.
Namun, perdebatan politik dalam negeri menghambat keputusan tersebut. Sejumlah pejabat sayap kanan di kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menolak keras kesepakatan yang dianggap terlalu lunak terhadap Hamas.
Mereka menilai kebijakan semacam itu bertentangan dengan tujuan perang yang menargetkan pelucutan total senjata kelompok tersebut.
Sementara itu, Hamas mengklaim telah kehilangan kontak dengan kelompok pejuangnya di Gaza selatan sejak Maret lalu dan membantah telah memerintahkan serangan terhadap pasukan Israel.
Hancurkan Seluruh Jaringan Terowongan
Pernyataan ini langsung disanggah oleh militer Israel yang menilai klaim tersebut hanya sebagai dalih politik.
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz bahkan menegaskan bahwa pihaknya akan menghancurkan seluruh jaringan terowongan yang tersisa di Gaza. “Jika tidak ada terowongan, maka tidak ada Hamas,” tulis Katz di platform media sosial X.
Di sisi lain, media Israel melaporkan spekulasi bahwa para pejuang Hamas yang bersembunyi di bawah tanah kemungkinan membawa jenazah tentara Israel Hadar Goldin, yang tewas dalam perang tahun 2014.
Namun, militer Israel membantah memiliki bukti terkait klaim tersebut.
Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 20 sandera hidup terakhir yang ditahan di Gaza dengan imbalan pembebasan 2.000 warga Palestina dari penjara-penjara Israel.
Selain itu, Hamas juga diwajibkan menyerahkan jenazah 28 sandera yang telah meninggal. Hingga saat ini, 22 jenazah telah dikembalikan kepada pihak Israel.
Upaya diplomasi yang melibatkan AS, Turki, dan Israel ini diharapkan dapat membuka jalan menuju stabilitas permanen di Gaza, meski prosesnya masih terhambat oleh kepentingan politik dalam negeri dan ketidakpercayaan antara kedua belah pihak.
Sumber: ft.com