Tiga Ngengat Baru Temuan BRIN, Salah Satunya Bikin Petani Cengkeh Jengkel
Sosial Budaya
FTNews - Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi berhasil mengindentifikasi tiga jenis ngengat baru.
Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN menyampaikan temuannya itu dalam penyataannya di Jakarta, Jumat (16/2).
Ketiganya adalah Cryptophasa warouwi, Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae. Salah satu ngengat yaitu Cryptophasa warouwi, ternyata perlu petani cengkeh waspadai karena berpotensi merusak batang dan ranting cengkeh.
Baca Juga: Dua Layanan PT KAI Sebagai Dukungan Terhadap Operasional Kereta Cepat
Ngengat Cryptophasa warouwi, termasuk hama endemik baru dari Pulau Sangihe Sulawesi Utara. Penemuan ini akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman tentang keanekaragaman Cryptophasa di wilayah Wallacea dan menjelaskan status hamanya.
Sementara itu, dua ngengat jenis baru lainnya yaitu Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae tim identifikasi berasal dari Papua.
Salah satu peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN yang terlibat dalam penemuan ini, Hari Sutrisno mengungkapkan, larva Cryptophasa dikenal sebagai hama penggerek cabang dan batang.
Baca Juga: Lagu Indonesia Raya Berkumandang di Hari Sumpah Pemuda, Ini Sederet Sejarah dan Faktanya
Hewan nokturnal ini memotong daun untuk makanan, membuat terowongan dan menutup lubangnya dengan anyaman sutra dan kotoran.
“Pada tahun 2023 aktivitas serangan (hewan) tersebut pernah menyebabkan kerusakan yang bervariasi pada tanaman cengkeh di lima kecamatan Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Infestasinya mengakibatkan kerusakan cabang dan ranting yang menyebabkan penurunan densitas daun pada tanaman cengkeh,†jelas Hari.
Senada Peneliti PRBE BRIN lainnya, Pramesa Narakusumo menambahkan, sejak tahun 2016 larva jenis ini terpantau mengganggu tanaman cengkeh di Pulau Sangihe. Kemudian di tahun 2023 persebaran jenis ini terus meluas.
Lebih lanjut, Pramesa menuturkan, berdasarkan karakter diagnostiknya yang paling khas, ngengat berwarna cokelat tua ini terlihat memiliki struktur tegas pada alat kelaminnya.
Selain itu, kode batang DNA menunjukkan spesies baru ini berkerabat di antara spesies Cryptophasa lainnya. Meskipun memiliki antena jantan yang mirip dengan genus Paralecta.
Cengkeh asal Indonesia. Foto: Katadata
Tak Hanya Serang Cengkeh
Dosen Universitas Sam Ratulangi, Jackson F. Watung juga menjelaskan, baru-baru ini tim juga menemukan fakta jika Cryptophasa warouwi tidak hanya menyerang tanaman cengkeh saja. Tetapi juga menyerang tanaman jambu air dan jambu biji (Myrtaceae).
“Ancaman ini dapat dikategorikan sebagai serangan serangga hama oligofag," imbuhnya.
Sehingga sangat penting segera mengembangkan rencana strategi pengendalian hama, analisis risiko hama. Lalu menyusun daftar hama karantina, dan manajemen pengelolaan hama lainnya.
Kemudian, kedua jenis ngegat baru lainnya yaitu Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae, berdasarkan hasil analisis morfologi sebagai taksa baru dalam jurnal Zootaxa.