Ancaman Gempa Bumi Megathrust: Tsunami 20 Meter Mengintai Indonesia
Indonesia bukan hanya negeri kepulauan dengan ribuan gunung berapi, tapi juga terletak di salah satu wilayah paling aktif secara geologis di dunia — Cincin Api Pasifik (Ring of Fire).
Di bawah tanah, ada 13 segmen megathrust yang siap melepaskan energi dalam bentuk gempa besar kapan saja.
Salah satu segmen yang paling diwaspadai oleh para ilmuwan adalah megathrust di selatan Jawa, yang membentang panjang dari Pangandaran hingga Selat Sunda.
Baca Juga: ASN BRIN Gelar Demo di Depan Kantor, Tuntut Pimpinan Dicopot!
Jika segmen ini pecah, dampaknya bisa menjalar hingga Banten, Lampung, bahkan pesisir Jakarta.
Energi Terkunci di Perut Bumi
Ilustrasi gempa. [Instagram]Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menjelaskan bahwa energi di zona subduksi selatan Jawa terus menumpuk dari waktu ke waktu.
Baca Juga: IKN Berpotensi Banjir pada Pertengahan Maret 2024
“Energi yang terkumpul semakin lama akan mencapai titik pelepasan, dan itu bisa memicu gempa besar,” ujarnya dalam keterangan, Minggu (26/10/2025).
Menurut Rahma, pelepasan energi ini bisa menghasilkan gempa berkekuatan hingga M 8,7.
Besarnya magnitudo tersebut bukan hanya menimbulkan guncangan hebat, tapi juga dapat menggerakkan kolom air laut secara masif hingga memicu gelombang tsunami raksasa.
Skenario Terburuk: Tsunami 20 Meter Menggulung Selatan Jawa
Dalam pemodelan BRIN, jika megathrust di wilayah Pangandaran pecah, maka tsunami yang dihasilkan bisa mencapai 20 meter di garis pantai selatan Jawa.
Gelombang raksasa itu kemudian menjalar ke Selat Sunda, menghantam pesisir Banten dan Lampung dengan ketinggian mencapai 4 hingga 8 meter.
“Lampung yang menghadap Selat Sunda akan terkena semuanya,” jelas Rahma. Tak berhenti di situ, Jakarta pun tak sepenuhnya aman.
Simulasi BRIN menunjukkan, pesisir utara Jakarta berpotensi dilanda tsunami setinggi 1–1,8 meter yang tiba sekitar 2,5 jam setelah gempa utama.
Gelombang tsunami akan tiba di Lebak hanya 18 menit setelah gempa. Wilayah selatan Jawa bahkan bisa terdampak kurang dari 40 menit.
Artinya, waktu untuk evakuasi sangat terbatas, terutama bagi warga pesisir yang belum memiliki jalur evakuasi yang jelas.
BRIN menekankan pentingnya sistem peringatan dini yang efektif serta edukasi masyarakat mengenai mitigasi bencana.
“Yang pertama kali terkena imbas besar adalah wilayah pesisir Jakarta Utara,” kata Rahma.
Dampak Lanjutan: Bukan Sekadar Guncangan
Ilustrasi gempa. [Instagram]Gempa megathrust tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik. BRIN memperingatkan potensi dampak berlapis seperti korban jiwa, cedera, gangguan layanan publik, rusaknya infrastruktur, hingga krisis sosial-ekonomi yang bisa berlangsung lama.
Selain tsunami, likuefaksi, pergeseran tanah, dan kerusakan lingkungan juga menjadi ancaman tambahan. “Dampaknya bisa berantai, karena gempa besar akan memutus jalur logistik, listrik, dan komunikasi,” ujar Rahma.
BRIN mendorong seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak menganggap remeh potensi megathrust. Kewaspadaan berarti persiapan nyata, bukan ketakutan.
Pemerintah daerah di wilayah rawan diminta memperkuat peta risiko, jalur evakuasi, dan simulasi kebencanaan secara rutin.
Indonesia sudah berkali-kali belajar dari tragedi Aceh 2004 dan Palu 2018, dua peristiwa yang menunjukkan bahwa kesiapan lebih berharga dari sekadar prediksi.