Tragis, Mahasiswa UNILA Tewas Diduga Disiksa Saat Ikut Organisasi Pecinta Alam
Daerah
.png)
Pratama Wijaya Kesuma, seorang mahasiswa Program Studi Bisnis Digital angkatan 2024 dari Universitas Lampung (UNILA), dilaporkan meninggal dunia. Kabar duka ini menyebar luas melalui media sosial, dan diduga kuat bahwa Pratama menjadi korban penganiayaan.
Menurut informasi yang beredar, penyebab kematian Pratama diduga karena penganiayaan yang dilakukan oleh oknum dari organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (MAHEPEL) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNILA. Organisasi ini dikenal aktif dalam kegiatan luar ruang, namun dalam kasus ini, metode pendidikan dan pelatihan mereka disebut-sebut mengandung unsur kekerasan.
Kasus ini pertama kali diangkat melalui platform media sosial X (sebelumnya Twitter) oleh akun @jekkwalterz, yang mengaku sebagai teman korban.
"Teman saya bernama Pratama Wijaya Kesuma dari Prodi Bisnis Digital 2024 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung meninggal dunia setelah mendapatkan penyiksaan dari organisasi FEB bernama MAHEPEL (Mahasiswa Pecinta Alam)," tulis akun tersebut.
Dalam unggahan tersebut, dijelaskan bahwa Pratama bukan satu-satunya korban kekerasan oleh oknum MAHEPEL. Disebutkan pula bahwa ada dua mahasiswa lain dari angkatan yang sama yang mengalami penyiksaan serupa.
"Salah satunya teman saya, yaitu Faris. Faris mengalami pecah gendang telinga, dan lain-lain," lanjut unggahan tersebut.
Lebih lanjut, akun tersebut menuduh bahwa pihak staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNILA mencoba menutupi kasus ini, meskipun sudah ada korban yang mengalami luka serius hingga meninggal dunia.
Kronologi Kegiatan dan Kesaksian Peserta
Percakapan (X)
Pratama Wijaya Kesuma diduga mengalami penyiksaan saat mengikuti kegiatan MAHEPEL yang bersifat semi militer. Dalam salah satu pesan yang beredar, seorang peserta menggambarkan kerasnya metode pelatihan tersebut.
“Singkatnya gini deh, diklatnya militer. Lu sakit atau enggak harus terus ikutin. Sering terjadi, kita orang tuh sudah sakit, mau pingsan, susah napas, tapi enggak boleh berhenti. Memang rasa kekeluargaan dengan satu sama lain itu dapat, dan di hari akhir kita orang tuh nangis bahagia, bla bla, tapi cara mereka menurut gue sudah berlebihan.”
Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak Universitas Lampung terkait kasus ini. Namun, masyarakat, khususnya sivitas akademika UNILA, menuntut agar kasus ini diusut tuntas secara transparan. Tindakan kekerasan dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan menjadi perhatian serius, mengingat sudah sering memakan korban jiwa di berbagai kampus.