Umur Baterai Mobil Listrik Bisa Pendek Cuma Gara-Gara Kebiasaan Sepele, Begini Penjelasan Ahli
Penggunaan pengisi daya cepat (fast charging) untuk kendaraan listrik (EV) memang menawarkan kemudahan karena dapat mengisi baterai dalam waktu singkat.
Namun, sejumlah penelitian dan analisis teknis menunjukkan bahwa kebiasaan sering melakukan fast charging berpotensi mempercepat degradasi baterai. Hal ini menimbulkan risiko jangka panjang bagi daya tahan kendaraan listrik.
Baca Juga: Motor Listrik Kena Banjir? Ini Batas Aman dan Risikonya
Pentingnya Pengelolaan Suhu dan Kimia Baterai
Menurut riset dari Carnegie Mellon University, pengisian cepat melalui DC fast charger berisiko mempercepat penurunan kapasitas baterai, tergantung pada jenis kimianya.
Dalam penelitian tersebut, baterai jenis NMC (Nikel Mangan Kobalt) dan NCA (Nikel Kobalt Aluminium) menunjukkan degradasi lebih cepat jika sering menggunakan fast charging.
Baca Juga: Bukan Main! BAIC Mau Rilis Mobil Listrik Baru, Dijagokan Jadi Lawan Sepadan BYD Atto 3
Sementara itu, baterai jenis LFP (Lithium Ferro Fosfat) relatif lebih tahan terhadap tekanan dari fast charging, meski tetap perlu dipakai dengan bijak.
Penjelasan ilmiahnya: pada saat pengisian cepat, arus dan voltase tinggi mempercepat aliran ion litium dalam sel baterai.
Proses ini dapat menyebabkan fenomena seperti "lithium plating" (pembentukan deposit logam litium di anoda) dan stres termal akibat suhu tinggi. Kedua hal tersebut berkontribusi menurunkan kapasitas dan umur pakai baterai.
Dampak Nyata: Kapasitas Baterai Turun Drastis
Sebuah studi dari University of California, Riverside (UCR) menunjukkan bahwa baterai litium-ion konvensional dapat kehilangan hingga 40% kapasitas penyimpanan setelah sekitar 40 siklus fast charging berat.
Penurunan ini jauh lebih cepat dibandingkan pengisian daya biasa. Kapasitas hanya tersisa sekitar 60% dari kapasitas awal. Bahkan, setelah 60 siklus, beberapa sel baterai menunjukkan kerusakan fisik akibat panas dan tekanan internal.
Dampak paling nyata dari fast charging berlebihan antara lain:
Jarak tempuh per pengisian menurun.
Waktu pakai (umur) baterai menurun.
Nilai jual kembali kendaraan berpotensi tergerus.
Kendaraan Listrik Di Indonesia
Bagi pemilik EV yang menggunakan mobil harian dan sering mengecas di stasiun publik, hal ini bisa menjadi beban jangka panjang.
Para ahli dan peneliti terus menekankan pentingnya Sistem Manajemen Baterai (Battery Management System/BMS) dan sistem pendinginan termal untuk meminimalkan efek negatif dari fast charging.
Meski fast charging sangat membantu dalam situasi darurat atau perjalanan jauh, data menunjukkan bahwa penggunaannya secara rutin, terutama pengisian cepat hingga 100% sesering mungkin, bukanlah kebiasaan baik bagi kesehatan baterai jangka panjang.
Pemilik kendaraan listrik disarankan:
Gunakan fast charging sewaktu diperlukan saja.
Jika memungkinkan, pilih pengisian lambat (slow / AC charging) untuk pemakaian harian.
Hindari selalu mengecas baterai sampai penuh 100%, kecuali benar-benar perlu.
Kenali jenis baterai kendaraan (NMC, NCA, atau LFP) karena tingkat sensitivitas terhadap fast charging berbeda-beda.
Dengan demikian, fast charging tetap memiliki peran penting, tetapi harus dipakai dengan strategi yang bijak, agar kemudahan hari ini tidak berujung penyesalan di masa depan.