Viral Beras Berceceran Akibat Airdrop: Terpaksa karena Kondisi tak Memungkinkan Pendaratan
Bantuan beras atau pun barang lainnya yang dilempar dari udara di daerah bencana menjadi viral di media sosial. Pasalnya, bantuan itu tersebut, beras misalnya, menjadi berantakan akibat kemasan pembungkus beras pecah begitu menyentuh tanah dengan keras.
Di sisi lain, masyarakat yang memang sangat membutuhkan beras, dengan sedih terpaksa memungut beras yang telah berantakan itu.
Masyarakat mengaku sedih dan kecewa dengan cara membagikan bantuan (air drop) seperti itu. Pihak berwenang menyebut, bukan tanpa alasan kenapa bantuan akhirnya menggunakan cara airdrop. Salah satunya karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk pendaratan.
Baca Juga: Dukung Operasi Kemanusiaan, AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Wilayah Bencana
Di sejumlah daerah, bukan hanya di Sibolga dan Taput, Sumut, metode airdrop untuk pendistribusian bantuan juga dilakukan lantaran sulitnya medan yang tertimpa bencana. Akses di sejumlah daerah masih belum pulih, jalan satu-satunya hanya lewat udara. Pun, jika bisa dijangkau lewat udara, helicopter ataupun pesawat angkut lainnya, masih kesulitan untuk mendarat.
Hanya saja, dengan kejadian tersebut—potensi barang bantuan rusak—metode airdrop harus dilakukan hati-hati. Khususnya untuk beras yang kemasannya mudah rusak jika dilempar dari ketinggian tertentu.
Helikopter BNPB tengah bersiap untuk mendistribusian bantuan dengan cara airdrop ke lokasi-lokasi yang terisolir akibat bencana [Foto: BNPB]4,1 Ton Bantuan Lewat Udara
Baca Juga: Dampak Bencana Sumut-Sumbar: Harga Cabai di Riau dari Rp40 Ribu Melonjak Rp150 Ribu pe-Kg
Dikutip dari laporan BNPB, hari ini, Selasa (2/12/2025), pengiriman bantuan lewat udara ke wilayah terdampak banjir di Sumatera Barat. Pengiriman udara menjadi solusi untuk mencapai titik-titik yang masih terisolir.
Bantuan dibawa oleh helikopter dari BNPB, Basarnas dan TNI menuju Kabupaten Pasaman Barat, Agam dan Pesisir Selatan. Dari total berat bantuan, sebagian besar diperuntukkan untuk wilayah Kabupaten Agam. Sebaran pendistribusian di kabupaten ini, antara lain di Palembayan seberat 2,7 ton dan Malalak 535 kg. Di tempat lain, pengiriman udara menuju Talamau, Pasaman Barat, seberat 650 kg, dan Muaro Aia, Pesisir Selatan seberat 215 kg.
Bantuan kepada masyarakat terdampak ini terdiri dari beberapa jenis bantuan pangan dan non-pangan. Bantuan pangan yang dibawa, antara lain beras, minyak goreng, gula, makanan bayi, air mineral, mi instan, paket lauk pauk dan bahan pangan lain. Sedangkan bantuan non-pangan, pemerintah mengirimkan popok bayi, pembalut, perlengkapan mandi, tikar, selimut, handuk, baju bayi,
Helikopter yang disiagakan memiliki kapasitas pengangkutan yang berbeda. Helikopter yang dioperasikan TNI AU berkapasitas muat 2 ton, sedangkan helikopter Basarnas 350 kg dan BNPB 150 kg.
Kota Padang, Padang Pariaman dan Agam, Masih Terisolir
Sementara itu, BNPB mengidentifikasi lokasi terisolir seperti di Kota Padang, Padang Pariaman dan Agam. Pengerahan alat berat seperti eskavator telah dikirimkan tetapi ada kebutuhan lebih banyak untuk mempercepat penanganan. Dengan perbaikan akses jalan, pendistribusian bantuan dapat berjalan optimal serta mendukung mobilitas masyarakat pascabencana.
Hingga sore, BNPB, TNI AU dan Basarnas terus mendistribusikan bantuan melalui udara, khususnya di titik-titik yang masih terisolir, seperti di Kabupaten Agam dan Pasaman Barat.
Pengungsi di Pesisir Selatan 83.463 Jiwa
Berdasarkan data BPBD Provinsi Sumbar per Selasa (2/12), pukul 16.00 WIB, jumlah pengungsian terbesar berada di Kabupaten Pesisir Selatan dengan jumlah 83.463 jiwa. Sedangkan di Kabupaten Agam, warga mengungsi berjumlah 6.320 jiwa, Kota Padang 4.456 jiwa, Solok 3.133 jiwa dan Pasaman Barat 2.607 jiwa.