Viral dan Diserang Publik, TikToker Ini Akhirnya Tunduk dan Akui Salah soal Sumba
Kontroversi yang melibatkan TikToker dengan akun Hutan Rimba akhirnya memasuki babak baru. Setelah videonya menuai kecaman luas karena dinilai menghina masyarakat Sumba, ia kini menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada publik.
Langkah tersebut diambil setelah pernyataannya viral dan memicu kemarahan warganet, termasuk sejumlah figur publik. Padahal sebelumnya, Hutan Rimba sempat melontarkan pernyataan yang terkesan tidak takut menghadapi konsekuensi hukum dari ucapannya.
Video Klarifikasi dan Pengakuan Khilaf
Permintaan maaf itu disampaikan melalui video klarifikasi yang diunggah oleh akun @mooypengcheng. Dalam video tersebut, Hutan Rimba secara terbuka mengakui kekeliruannya dan menyatakan penyesalan mendalam atas ucapan yang ia lontarkan.
Surat terbuka untuk masyarakat Sumba," ungkap TikToker Hutan Rimba.
Ia juga menyadari bahwa ucapannya telah memicu kegaduhan dan menyakiti banyak pihak, terutama masyarakat Kepulauan Sumba.
Gelombang Kecaman dan Bantahan Publik
Pengasuh Andrew anak Erica Carlina (Instagram)
Sebelum klarifikasi itu diunggah, konten Hutan Rimba telah lebih dulu menyebar luas dan memicu reaksi keras. Salah satu figur publik yang angkat bicara adalah Erika Carlina.
Erika membantah klaim negatif yang disampaikan sang TikToker. Ia menuturkan pengalamannya bersama pengasuh anaknya yang berasal dari Sumba, yang selama ini justru menunjukkan sikap ramah, santun, dan penuh etika, termasuk saat bepergian ke luar daerah.
Marion Jola Angkat Suara, Sebut Ucapan Itu Fitnah
Kecaman keras juga datang dari penyanyi Marion Jola yang dikenal sebagai putri daerah Sumba. Melalui akun TikTok pribadinya @marionjola, Marion menyatakan kemarahannya dan menilai pernyataan tersebut telah melecehkan identitas masyarakat Sumba secara keseluruhan.
"Semua yang dikatakan perempuan ini adalah bentuk fitnah dan hinaan terhadap kami orang Sumba bukan hanya menyerang asisten ka @ErikaCarlina," tulis Marion dalam unggahannya.
Marion menegaskan bahwa pernyataan tersebut tidak hanya menyasar individu tertentu, tetapi telah menyerang martabat satu kelompok masyarakat. Ia juga mengingatkan agar kesalahan segelintir oknum tidak dijadikan dasar untuk menghakimi sebuah suku.
Pelajaran dari Konten Viral
Kasus ini kembali menyoroti pentingnya tanggung jawab dalam bermedia sosial. Konten yang dibuat tanpa empati dan pertimbangan matang berpotensi menimbulkan luka sosial serta memperbesar stigma terhadap kelompok tertentu.
Publik berharap permintaan maaf Hutan Rimba dapat menjadi refleksi bersama agar peristiwa serupa tidak kembali terulang, serta media sosial tetap menjadi ruang yang aman dan menghargai keberagaman.