VW Combi Mogok di GWK, Netizen Heboh Sebut Karma Tembok Ungasan!
Daerah

Pulau Bali kembali jadi sorotan warganet usai peristiwa unik menimpa seorang konten kreator lokal, Wayan Setiawan. Mobil kesayangannya, VW Combi hijau, mendadak mogok tepat di depan gerbang Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park.
Momen itu direkam media Lensabali dan langsung viral. Bukannya banjir simpati, Wayan justru menuai komentar nyeleneh. Banyak netizen menyebut insiden tersebut sebagai “karma” dari polemik tembok GWK yang menutup akses warga sekitar.
Polemik Akses Jalan di Desa Ungasan
Baca Juga: Terlambat Berangkat, Tapi Bikin Heboh, Dua Bintang 'Resident Playbook' Siap Bikin Bali Geger
Sekitar 600 warga Desa Ungasan, Kuta Selatan, mengaku terisolasi akibat pembangunan tembok oleh manajemen GWK. Jalan yang selama ini dipakai anak sekolah, pekerja, hingga pedagang, kini tertutup rapat.
Tak sedikit netizen menilai mogoknya mobil Wayan sebagai simbol perlawanan alam. “Mungkin ini teguran untuk GWK,” tulis seorang warganet.
Gubernur Bali, Wayan Koster, turun tangan dengan meminta pihak GWK segera membuka kembali akses. Menurutnya, langkah itu tidak akan merugikan perusahaan dan justru meringankan beban warga.
Baca Juga: Viral TPA Tutup, Gubernur Bali Wayan Koster Minta Warganya Urus Sampah Masing-Masing
Dampak Sosial dan Ekonomi
Ilustrasi GWK
Penutupan jalan bukan sekadar masalah fisik. Warga kini harus menempuh rute lebih jauh untuk bersekolah atau bekerja. Waktu tempuh semakin lama, biaya transportasi bertambah, dan aktivitas perdagangan ikut tersendat.
Bagi masyarakat, jalur itu adalah urat nadi kehidupan. Situasi ini memunculkan pertanyaan: apakah kepentingan bisnis pariwisata lebih penting daripada hak dasar warga lokal?
Mencari Jalan Tengah
Ilustrasi GWK
Kasus GWK menjadi pengingat pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di sektor pariwisata. Filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan keseimbangan manusia, alam, dan Tuhan, seharusnya dijunjung tinggi.
Mediasi antara pemerintah, warga, dan GWK dinilai perlu segera dilakukan. Jalan kompromi bisa berupa pembukaan kembali akses dengan pengaturan keamanan, atau penyediaan jalur alternatif yang layak bagi warga.
Kini, mogoknya VW Combi di depan GWK tak lagi sekadar insiden kecil. Ia menjelma simbol keresahan masyarakat yang merasa dipinggirkan oleh proyek besar. Publik menanti langkah nyata GWK untuk membuktikan bahwa pariwisata Bali tak boleh meninggalkan warganya.