Waaaw, Kalimantan Barat Simpan Harta Karun Nuklir, 24 Ribu Ton Uranium: Ini Lokasinya!
Teknologi

Energi masa depan Indonesia ditemukan di Kalimantan Barat.
Tak hanya dikenal sebagai paru-paru dunia karena kekayaan hutan hujan tropisnya, tetapi juga sebagai kawasan dengan potensi energi yang sangat besar.
Dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, Kalimantan Barat tercatat memiliki beragam sumber energi, mulai dari tenaga air, biomassa, biogas, batubara, hingga bahan baku energi nuklir seperti uranium dan thorium.
Baca Juga: Polsek Sungai Raya Imbau Stop Bakar Lahan Cegah Karhutla di Kalimantan Barat
Melawi Miliki Cadangan Uranium 24.112 Ton
Ilustrasi Melawi miliki Uranium sebagai kandungan bahan baku nuklir sebanyak 24.112 Ton. [Instagram]
Salah satu wilayah yang menonjol adalah Kabupaten Melawi, yang memiliki cadangan uranium mencapai ±24.112 ton.
Baca Juga: Sosok Tjhai Chui Mie, Wali Kota Perempuan Tionghoa Pertama di Indonesia, Segera Dilantik Prabowo
Potensi ini dinilai sangat strategis untuk mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai bagian dari transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Menanggapi potensi tersebut, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyusun langkah konkret untuk mengembangkan energi nuklir dalam kerangka kebijakan transisi energi nasional.
Rencana Pembangunan PLTN Dimulai 2027 Mendatang
Ilustrasi Rencana pembangunan PLTN dengan kapasitas awal 250 megawatt (MW) dijadwalkan dimulai pada 2027. [Instagram]
Rencana pembangunan PLTN dengan kapasitas awal 250 megawatt (MW) dijadwalkan dimulai pada 2027 dan ditargetkan beroperasi pada 2032.
Lokasi pembangunan akan difokuskan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dilansir dari GNFI pada 18 Juni 2025.
Meski pelaksanaan proyek masih menunggu penyempurnaan regulasi serta hasil kajian kelayakan menyeluruh, inisiatif ini menandai keseriusan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya dalam negeri guna memperkuat ketahanan energi nasional.
Pengembangan PLTN juga diharapkan menjadi tonggak penting dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mempercepat transisi menuju energi rendah karbon.
Langkah ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mencapai target net zero emission pada 2060 serta mendorong kemandirian energi di tengah meningkatnya permintaan listrik nasional.