Wabah Demam Babi Afrika tak Menular pada Manusia tapi Berdampak pada Perekonomian

Ekonomi Bisnis

Kamis, 19 Desember 2024 | 01:01 WIB
Wabah Demam Babi Afrika tak Menular pada Manusia tapi Berdampak pada Perekonomian
Ilustrasi-Peternakan babi/Foto:RDNE Stock project, pexels.com

Wabah Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) melanda sejumlah wilayah di Indonesia cukup meresahkan, bukan hanya para peternak tapi juga pemerintah lantaran hal ini berdampak pada perekonomian.

rb-1

Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M. Panggabean, menegaskan bahwa meskipun virus ini tidak menular kepada manusia, dampaknya terhadap ekonomi khususnya peternak cukup signifikan karena tingkat kematian babi yang terinfeksi mencapai 100 persen.

Meski begitu Sahat menegaskan bahwa masyarakat tak perlu khawatir karena selain tidak menular kepada manusia, pemerintah pun telah menyiapkan berbagai langkah pencegahan yang komprehensif.

Baca Juga: Virus ASF Menyebar di 30 Provinsi, akan Dilaksanakan Restocking Tekan Penyebaran Lebih Luas

rb-3

“Salah satunya kami telah meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk TNI-Polri, untuk memperketat pengawasan di perbatasan dan jalur transportasi,” jelas Sahat kepada InfoPublik di Jakarta pada Rabu (18/12/2024).

Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M. Panggabean/Foto: InfoPublik

Papua menjadi salah satu wilayah dengan lonjakan kasus ASF. Virus dikatakan Sahat diduga masuk melalui daging babi yang dibawa oleh penumpang atau melewati jalur distribusi ilegal.

Kasus pertama di Papua tersebut terdeteksi pada Januari 2021, dengan dugaan awal virus dibawa oleh pekerja yang kembali dari liburan akhir tahun. “Selain itu, kondisi geografis Papua yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini memperumit pengawasan, terutama di jalur-jalur tidak resmi,” ujar Sahat.

Bali Jadi Contoh Keberhasilan Penanganan

Namun yang memberikan optimisme penanganan bisa dilakukan dengan baik adalah pengalaman Provinsi Bali yang menangani wabah ASF sejak 2019. “Ini dapat menjadi referensi strategis. Koordinasi erat antara karantina, pemerintah daerah, dan Kementerian Pertanian terbukti menjadi kunci keberhasilan,” ujar Sahat.

Bali, yang sempat menjadi episentrum ASF pada 2019, pulih dan kini bahkan mampu memasok daging ke Kalimantan dan Sulawesi. Penerapan biosekuriti yang ketat, penggunaan disinfektan, serta edukasi masyarakat menjadi langkah-langkah utama yang diambil Bali untuk mengendalikan wabah.

“Bali menunjukkan bahwa meskipun belum ada vaksin untuk ASF, wabah ini dapat diatasi melalui langkah-langkah preventif yang terpadu. Strategi serupa akan diterapkan di Papua dan wilayah lain yang terdampak,” kata Sahat.

Foto: Giulia Botan, pexels.com

Langkah Konkret Pemerintah

Pemerintah saat ini telah menyusun rencana aksi lintas kementerian dan lembaga untuk menanggulangi ASF. Kementerian Pertanian misalnya yang mengambil langkah-langkah strategis seperti, mengendalikan penyebaran ASF melalui surveilans dan deteksi dini, mempercepat penelitian dan pengembangan vaksin, serta menyediakan serum konvalesen untuk meningkatkan imunitas ternak.

Kemudian Barantin yang juga melakukan upaya, di antaranya menjamin kesehatan komoditas di pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Kemudian mengawasi mutu pangan dan pakan, melakukan disinfeksi di instalasi karantina hewan. Dan aktif mengedukasi masyarakat dan stakeholder terkait penanganan ASF.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang terus mengawasi alat angkut di pelabuhan rakyat, pelabuhan utama, dan bandara. Selain itu juga gencar menyosialisasikan standar pengangkutan kepada operator alat angkut. Kementerian Sosial (Kemensos) juga mengambil dua langkah strategis yaitu re-stocking populasi babi untuk membantu peternak dan kemudian mengedukasi masyarakat terdampak.

TNI/Polri juga fokus mengawasi jalur-jalur perbatasan resmi maupun ilegal disamping mendukung operasi penegakan hukum di wilayah terdampak. Sementara Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Tekonologi yang telah melakukan riset untuk menemukan vaksin ASF sebagai solusi jangka panjang.

Pentingnya Edukasi Masyarakat

Kepala Barantin juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mencegah penyebaran ASF. Sementara bagi peternak ia mengimbau untuk segera melaporkan kasus ternak yang sakit ke pihak berwenang. Ternak yang terinfeksi harus dimusnahkan secara aman, seperti melalui pembakaran atau penguburan, guna menghindari penyebaran lebih luas.

“Kami juga meminta masyarakat untuk tidak membawa produk daging babi ke wilayah Papua, baik melalui jalur udara maupun laut,” ujar Sahat. Ia mengingatkan agar peternak tidak menjual babi yang sakit demi mencegah penularan di pasar tradisional.

Sahat pun optimistis bahwa dengan koordinasi yang kuat, Papua dan wilayah terdampak lainnya dapat mengatasi wabah ASF sebagaimana yang telah dicapai Bali. “Kami siap memfasilitasi kunjungan dan pelatihan bagi peternak serta pemerintah daerah untuk menerapkan langkah-langkah biosekuriti yang efektif,” ungkapnya.

Dengan kerja sama antara kementerian, pemerintah daerah, dan masyarakat, pemerintah yakin bahwa peternakan babi di Indonesia akan pulih dan memberikan harapan baru bagi peternak yang terdampak wabah ASF.***

Tag Wabah Demam Babi Afrika

Terkini