Warning! Suka Begadang, Kurang Tidur Berisiko Alami Penuaan Otak

Lifestyle

Kamis, 02 Januari 2025 | 02:55 WIB
Warning! Suka Begadang, Kurang Tidur Berisiko Alami Penuaan Otak
Ilustrasi begadang/Foto: cottonbro studio, pexels.com

Untuk mereka yang dengan berbagai alasan kerap kali begadang atau tidur kurang dari enam jam, sebaiknya segera memperbaiki pola tidurnya. Karena ada risiko cukup serius jika kebiasaan itu diteruskan atau dianggap sepele. Penelitian terbaru menyebutkan, mereka yang memiliki durasi tidur lebih pendek atau kurang dari enam jam, berpotensi tekanan darah tinggi juga meningkatkan risiko fungsi kognitif yang buruk dan penuaan otak.

rb-1

Dilansir Medical News Today, meskipun hasil ini bersifat korelasional, hal ini dapat mengarah pada studi acak yang mengevaluasi kemanjuran pengobatan yang mengubah pola tidur atau membantu mengelola tekanan darah dalam mencegah atau menunda penurunan kognitif.

Pengecekan tekanan darah/Foto: Pavel Danilyuk, pexels.com

Sementara beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara kurang tidur dan risiko gangguan kognitif dan demensia. Studi lain gagal menemukan hubungan serupa antara durasi tidur dan fungsi kognitif.

Baca Juga: BPOM: 23 Obat Sirop Pasien Gagal Ginjal Aman, Ini Daftarnya

rb-3

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association menunjukkan, individu dengan tekanan darah tinggi yang juga tidur dalam durasi yang lebih pendek, lebih mungkin menunjukkan fungsi kognitif yang buruk dan peningkatan kadar penanda penuaan dan cedera otak.

Individu yang tidur dalam durasi yang lebih pendek tetapi memiliki tekanan darah normal tidak menunjukkan defisit fungsi kognitif ini atau peningkatan kadar penanda cedera otak.

Peran tekanan darah tinggi dalam memengaruhi dampak durasi tidur pada kesehatan kognitif dapat menjelaskan hasil beragam yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya.

Baca Juga: Ahli Uji Coba Transplantasi Jantung dan Ginjal Babi ke Tubuh Manusia

Penelitian ini juga membuka jalan bagi identifikasi awal individu yang berisiko mengalami penurunan kognitif dan uji coba acak yang menyelidiki pengobatan untuk menormalkan pola tidur dan tekanan darah tinggi guna mencegah atau menunda penurunan kognitif.

Penulis penelitian, Matthew Pase, PhD, profesor madya di Universitas Monash, mengatakan kepada Medical News Today: “Hasilnya menggarisbawahi pentingnya memiliki kadar tekanan darah yang sehat dan memprioritaskan tidur yang cukup untuk menjaga otak tetap sehat hingga usia lanjut.”

Peran Tekanan Darah Tinggi dalam Penurunan Kognitif

Durasi tidur yang lebih pendek, selain hubungannya dengan penurunan kognitif, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi.

Ilustrasi/Foto: Anna Shvets, pexels.com

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi di usia paruh baya secara independen dikaitkan dengan gangguan kognitif dan demensia di kemudian hari. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah kecil di otak, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke dan penurunan kognitif.

Penyakit pembuluh darah kecil di otak adalah kondisi heterogen yang melibatkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di otak, yang menyebabkan kerusakan jaringan otak dan atrofi struktur otak.

Jaringan di otak dapat diklasifikasikan menjadi materi putih dan materi abu-abu. Materi abu-abu mengandung badan sel dari sel-sel saraf, sedangkan materi putih terdiri dari serabut saraf yang mengirimkan informasi antarsel saraf.

Penyakit pembuluh darah kecil di otak dapat menyebabkan lesi pada materi putih dan penurunan volume materi abu-abu atau materi putih. Materi abu-abu membentuk lapisan terluar otak dan terlibat dalam beberapa fungsi penting, termasuk kognisi, sedangkan materi putih sangat penting untuk menjaga konektivitas antara wilayah materi abu-abu. Kerusakan materi putih dan penurunan volume materi abu-abu diamati pada usia tua dan dikaitkan dengan penurunan kognitif.

Dalam penelitian saat ini, para peneliti memeriksa apakah hipertensi memengaruhi hubungan antara durasi tidur dan kognisi. Selain itu, para peneliti juga memeriksa dampak hipertensi pada hubungan antara durasi tidur dan penanda pencitraan kerusakan materi putih dan penuaan otak.

Ilustrasi/Foto: Kampus Production, pexels.com

Menghubungkan Kurang Tidur dengan Defisit Kognitif

Penelitian ini melibatkan 682 individu berusia di atas 40 tahun yang terdaftar dalam Framingham Health Study, sebuah studi longitudinal multigenerasi yang dirancang untuk memeriksa faktor risiko kondisi kardiovaskular. Studi ini hanya melibatkan peserta yang tidak menderita demensia atau riwayat stroke.

Para peneliti mengumpulkan data tidur menggunakan kuesioner dan studi tidur berbasis rumah (evaluasi polisomnografi). Selain itu, para peneliti mengukur tekanan darah siang hari para peserta pada saat penilaian tidur. Sekitar 3,3 tahun setelah penilaian tidur, para peserta menjalani penilaian kognitif dan pemindaian pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk menilai perubahan struktur otak.

Para peneliti tidak menemukan hubungan antara durasi tidur dan fungsi kognitif atau penanda pencitraan otak, kecuali volume materi abu-abu. Dalam kasus terakhir, durasi tidur pendek yang dilaporkan sendiri dikaitkan dengan volume materi abu-abu yang lebih besar.

Para peneliti kemudian menganalisis dampak durasi tidur pada kesehatan kognitif setelah memisahkan peserta ke dalam kelompok dengan tekanan darah normal dan tinggi. Mereka menemukan bahwa durasi tidur memengaruhi fungsi kognitif dan kadar biomarker pencitraan otak hanya pada individu dengan tekanan darah tinggi.***

Tag Kesehatan hipertensi Dampak Begadang pada Kesehatan Kasus Penuaan Otak

Terkini