Waspada! Bencana Hidrometeorologi Masih Mengancam di 2024
Nasional

FTNews - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat tetap mewaspadai potensi bencana di sepanjang 2024. Terutama potensi bencana hidrometeorologi basah dan kering.
Hidrometeorologi basah yakni banjir, tanah longsor, banjir bandang dan cuaca ekstrem. Sedangkan hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan.
Hal itu Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto sampaikan dalam konferensi pers Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024 secara luring dan daring di Jakarta, Jumat (12/1).
Baca Juga: Sejak Januari, 198 WNA Dideportasi dari Bali
"Di 2024, kita sudah bisa prediksi Januari-Maret ada potensi bencana hidrometeorologi basah. Di daerah mana saja? ini sudah kita sampaikan ke Pemda Jawa Barat, Jawa Tengah dan Aceh," katanya.
Terbukti di Jawa Barat sejumlah titik banjir dan longsor seperti di Subang, Kiaracondong, Cikapundung dan Dayeuhkolot Bandung.
Setelah musim hujan lanjut Suharyanto perlu waspadai potensi bencana hidrometeorologi kering seperti karhutla.
Baca Juga: Perang Sarung Kerap Terjadi, Polisi Tingkatkan Keamanan
Berkaca dari tahun 2023, di mana ada El Nino moderat, luas karhutla turun signifikan dibandingkan saat El Nino di tahun 2015 dan 2019. Hal itu karena ada gerak cepat antisipasi dan pemanfaatkan teknologi modifikasi cuaca.
Tahun 2023 luas karhutla mencapai 500.000 hektare (ha). Sementara itu di tahun 2015 mencapai 2,6 juta ha dan di tahun 2019 mencapai 1,6 juta ha.
Sistem peringatan dini bencana. Foto: USAID
Sistem Peringatan Dini Bencana
Selanjutnya pemerintah juga masih punya pekerjaan rumah untuk memperkuat sistem peringatan dini multibencana.
"Peringatan sebelum terjadinya bencana menjadi pekerjaan rumah kita. Kami berusaha untuk tingkatkan terus kapasitas dan kemampuan," ucapnya.
Saat ini Indonesia sudah memiliki peta risiko bencana yang selalu terbarui. Di tahun 2024, BNPB ingin meningkatkan sistem peringatan dini bencana. Menggandeng Bank Dunia dan BMKG. Khususnya sistem peringatan dini gempa dan tsunami.
"Semua desa-desa di sepanjang pesisir juga kita tingkatkan kapasitasnya," imbuhnya.
Sebagai upaya kesiapsiagaan bencana, saat ini sudah terpasang 4.500 unit rambu tsunami di 30 kabupaten/kota (175 desa).
Hampir 180 desa sudah berstatus tangguh bencana. Sedangkan untuk antisipasi bencana geologi dan vulkanologi sudah terpasang 180 sirene di 20 kabupaten/kota (180 desa).