13 Orang Meninggal, Ini Penyebab Banjir Dahsyat yang Terjang Sumatera Utara
Bencana banjir dan longsor kembali melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara setelah hujan ekstrem mengguyur kawasan tersebut pada 24–25 November 2025.
Cuaca buruk itu memporak-porandakan permukiman warga dan infrastruktur di berbagai daerah. Sejumlah kabupaten/kota terdampak mengalami kerusakan signifikan dan memicu jatuhnya korban jiwa.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara, hingga Rabu (26/11/2025) pagi, tercatat 13 orang meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi tersebut.
Baca Juga: Puncak Musim Hujan Dimulai November, Waspada Banjir dan Longsor
Sri Wahyuni Pancasilawati, Kabid Penanganan Darurat, Peralatan dan Logistik BPBD Sumut menyebut bahwa korban terbanyak berada di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Sembilan orang meninggal dunia di daerah itu, terdiri atas enam korban di Kecamatan Batangtoru, satu di Kecamatan Sipirok, dan satu di Kecamatan Angkola Barat. Empat korban lainnya ditemukan di Desa Mardame, Kecamatan Sitahuis, Tapanuli Tengah, akibat tertimbun material longsor di rumah mereka.
Baca Juga: Tanah Longsor Cilacap, Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Darurat
Selain korban meninggal, puluhan warga juga mengalami luka-luka akibat bencana ini. Ada juga korban hilang di Tapanuli Selatan.
Kerusakan infrastruktur juga terjadi secara luas di berbagai kabupaten. Di Tapanuli Selatan, tercatat 330 unit rumah rusak yang terdiri dari 12 rusak berat, enam rusak sedang, dan 312 rusak ringan, serta satu unit sekolah terdampak. Sementara di Nias Selatan, satu rumah rusak berat dan satu ruas jalan ikut terganggu akibat longsor.
Banjir menerjang beberapa kota di Sumatera Utara.
Mandailing Natal turut melaporkan dampak besar dari hujan ekstrem tersebut. Sebanyak 561 kepala keluarga atau 2.244 jiwa mengungsi ke tempat aman. Selain itu, 13 unit rumah rusak berat, satu sekolah terdampak, dan banjir merendam 85 hektare lahan pertanian warga.
Tapanuli Utara juga tidak luput dari kerusakan. Terdapat 19 kepala keluarga yang mengungsi, lima unit rumah rusak berat, 64 rusak ringan, empat titik jalan rusak, dan satu jembatan putus. Kondisi ini menyebabkan akses ke beberapa desa terhambat dan proses evakuasi membutuhkan waktu lebih lama.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), empat kabupaten terdampak paling berat adalah Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Ilustrasi - BNPB menyebut bencana ini dipicu fenomena cuaca ekstrem.
BNPB memastikan ratusan personel gabungan telah dikerahkan ke lokasi bencana untuk melakukan evakuasi dan penanganan darurat. Warga diminta mengikuti arahan petugas guna mengurangi risiko korban tambahan mengingat kondisi cuaca yang masih belum stabil.
Bencana ini dipicu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi bersamaan di perairan sekitar Indonesia. Menurut BMKG, Bibit Siklon 95B di Selat Malaka meningkatkan pembentukan awan konvektif dari Aceh hingga Sumatera Utara.
Sementara Siklon Tropis KOTO di Laut Sulu memperkuat hujan melalui pola belokan angin dan penarikan massa udara basah, sehingga memicu banjir dan longsor di wilayah tersebut.