Amerika Serikat Pertimbangkan UU untuk Hukum Pengguna Teknologi Cina, Termasuk DeepSeek

Amerika Serikan kini dikabarkan tengah mempertimbangkan sebuah undang-undang baru yang dapat menghukum pengguna aplikasi kecerdasan buatan (AI) asal Cina, DeepSeek.

Rancangan Undang-Undang (RUU) yang melarang penggunaan DeepSeek itu diajukan oleh Senator Partai Republik, Josh Hawley.

Isi RUU tersebut adalah melarang warga AS dalam membantu pengembangan teknologi AI di Cina, termasuk DeepSeek.

Baca Juga: Rencana Donald Trump Bekukan Pendanaan Federal Dihentikan Hakim AS

Logo DeepSeek (Instagram)

RUU yang bertajuk Decoupling America's Artificial Intelligence Capabilities from China Act of 2025 juga melarang impor teknologi atau kekayaan intelektual yang dikembangkan di Cina, investasi di perusahaan AI Cina, dan kolaborasi teknologi pembelajaran.

The Register menulis, jika RUU itu disahkan, orang yang melanggar dapat dijatuhi hukuman penjara hingga 20 tahun.

Tak hanya itu, pelanggar juga dapat dikenai denda maksimal I juta dollar AS atau setara dengan Rp16 miliar.

Baca Juga: Data Terkini, Korban Tewas Kebakaran di LA 24 Orang dan 16 Korban Lainnya Hilang

Sementara perusahaan yang melanggar akan dikenai denda seratus kali pilat, atau 100 juta dollar AS, setara dengan Rp1,6 triliun.

DeepSeek bikin AS khawatr (Pexels)

Meski tak menyebut DeepSeek secara eksplisit, RUU tersebut diusulkan setelah aplikasi tersebut telah menjadi chatvot AI paling popular di AS.

Popularitas DeepSeek menimbulkan kekhawatiran keamanan, privasi, dan etika, terutama karena chatbot ini tidak menjawab pertanyaan tentang isu-isu sensitif bagi Partai Komunis Cina.

Presiden AS Donald Trump menanggapi tren ini dengan menyebut DeepSeek sebagai ‘wake-up call’ bagi industri teknologi Amerika.